Welcome to Dinda Regina Violita's Blog

Senin, 03 Desember 2012

Sinopsis Drama Korea I Miss You/Missing You Episode 4

 
 
Keadaan Jung Woo benar-benar terpuruk karena rasa bersalahnya pada Soo Yeon. Bukan hanya luka di tubuh yang ia terima tapi luka dibatinnya jauh lebih besar. Jung Woo terdiam dengan tatapan kosong dan wajah yang pucat, arghh sudah seperti mayat hidup.

 
Ah Reum mencemaskan keadaan kakaknya. Ia setia menunggui kakaknya. Ah Reum melihat kakaknya menangis, “Kakak apa kau menangis? Kakak, kenapa kau menangis?” Tanpa terasa air mata Jung Woo menetes, melihat keadaan kakaknya seperti itu Ah Reum ikut sedih dan menangis. 
 
 
Dokter keluarga yang bernama Dokter Kim menyarankan agar membawa Jung Woo ke psikiater. Dokter Kim merasa kalau keadaan Jung Woo dibiarkan seperti itu kondisinya akan semakin memburuk. Obat penenang yang ia berikan hanya bersifat sementara ditambah lagi Jung Woo masih muda tubuhnya tak akan tahan. Tapi setelah dirawat di rumah sakit kita bisa menunggu perkembangannya.

Tapi Hwang Mi Ran tak setuju, bagaimana kalau muncul rumor di media. Ia meminta pendapat suaminya. Han Tae Joon tampak berfikir, ia meminta Dokter Kim pergi dan akan menghubungi dokter Kim lagi nanti. Sebelum pergi dokter Kim menyampaikan kalau tulang rusuk Jung Woo ada yang retak jadi ia minta Jung Woo segera dibawa ke rumah sakit. Kalau Jung Woo kejang-kejang dia pasti akan merasa kesakitan. 
 
 
Han Tae Joon terus berfikir apa yang harus ia lakukan untuk kesehatan putranya tapi tanpa perlu pengobatan ke rumah sakit yang memicu timbulnya berita di media. Istrinya tanya apa yang harus mereka lakukan, apa sebaiknya ia membawa Jung Woo ke Amerika. Karena menurutnya mungkin lebih baik menghindari media sampai masalah ini selesai karena ini untuk kebaikan Jung Woo.

Han Tae Joon belum menemukan keputusan terbaiknya, ia menghubungi anak buahnya untuk menyiapkan mobil. Hwang Mi Ran tanya apa yang akan suaminya lakukan terhadap masalah Jung Woo. Apa suaminya akan melakukan saran dari dokter Kim. Han Tae Joon belum bisa berfikir, ia menyerahkan semua keputusan pada istrinya. Mulai sekarang ia meminta istrinya yang mengurus masalah Jung Woo. Hwang Mi Ran tentu saja senang mendapatkan kepercayaan dari suaminya. 
 
 
Ah Reum masih menemani kakaknya, “Kakak, Kak Jung Woo apa kau mau aku menyanyi untukmu?” Ah Reum berusaha menghibur kakaknya. “Kalau aku menyanyi untukmu, kakak jangan menangis lagi, ya!”

Ah Reum berdiri dan langsung menyanyi untuk menghubur kakaknya. Tapi Jung Woo diam saja dengan air mata yang terus menetes.
 
 
Tiba-tiba terdengan suara panggilan seseorang memanggil nama Jung Woo. Ah Reum berhenti menyanyi.

“Jung Woo ini aku ibu Soo Yeon!”

Jung Woo terkejut dan membalikan badannya. Ah Reum bertanya siapa Soo Yeon.

“Jung Woo tolong buka pintunya ini aku ibu Soo Yeon!” kembali terdengar suara ibu Soo Yeon memanggil. 

Jung woo ketakutan, ia menarik selumut dan menyembunyikan dirinya di balik selimut dengan tubuh gemetaran dan bergumam, “Aku salah. Aku yang salah. Maafkan aku.” Ah Reum cemas melihat kakaknya tiba-tiba seperti ini. 
 
 
Di luar pagar rumah keluarga Han, ibu Soo Yeon memanggil Jung Woo berkali-kali. Ternyata ibu Soo Yeon tak sendirian. Ia datang bersama Eun Joo yang bersembunyi. 
 
 
Eun Joo menyuruh ibu Soo Yeon untuk memanggil Jung Woo lebih keras lagi. Ibu Soo Yeon bilang kalau ini akan sia-sia karena Soo Yeon sepertinya tak ada disini. Eun Joo bilang bukankah ibu Soo Yeon yang mengatakan kalau Soo Yeon pergi menemui Jung Woo. Eun Joo berkata kalau ia akan membawa Jung Woo keluar. 
 
 
Pintu pagar terbuka Eun Joo kembali bersembunyi. Penjaga yang keluar mempertanyakan keperluan ibu Soo Yeon datang kesini. Ibu Soo Yeon bertanya apa Jung Woo ada di dalam karena ia ingin bertemu dengan Jung Woo. Tapi penjaga tak mengizinkan ibu masuk dan menyuruh pergi. 
 
 
Ibu menarik kedua tangan penjaga ini dan berpura-pura sakit dan disaat bersamaan Eun Joo langsung menyelinap masuk sambil membawa buku harian milik Soo Yeon. Hwang Mi Ran mendengar keributan di luar ia bertanya pada bibi pembantu. Bibi pembantu memberi tahu kalau ada seseorang yang datang. 
 
 
Tiba-tiba Eun Joo membuka pintu nyelonong masuk sambil celingukan memanggil Jung Woo. Mi Ran jelas terkejut melihat ada anak gadis yang masuk rumah orang nyelonong aja. Eun Joo memberi hormat sebentar pada Mi Ran tapi setelah itu ia langsung kesana kemari mencari Jung Woo.

Eun Joo membuka pintu tiap ruangan. Mi Ran bingung melihatnya kenapa anak ini tak tahu sopan santun masuk ke rumah orang. Ia menyuruh bibi pembantu membereskan gadis ini.

Ah Reum memberi tahu ibunya kalau kakaknya bertingkah aneh. Mendengar itu Eun Joo langsung tahu kalau kamar Jung Woo ada di lantai 2. Ia pun segera bergegas naik ke kamar Jung Woo. 
 
 
Eun Joo ke kamar Jung Woo dan mengunci pintunya. Ia celingukan mencari dan memanggil Jung Woo. Pintu kamar Jung Woo digedor dari luar. 
 

Eun Joo menoleh ke salah satu sudut kamar, ia menemukan Jung Woo duduk menyembunyikan wajahnya, Eun Joo menghampirinya. “Han Jung Woo kenapa kau bersembunyi? Apa kau sedang menyembunyikan sesuatu? Kau tak menjawab teleponmu?”


 
Eun Joo duduk di depan Jung Woo meminta Jung Woo jangan berpura-pura sakit seperti ini. Ia mengatakan kalau keluarganya butuh bantuan Jung Woo. Dengan tubuh gemetaran Jung Woo mengangkat wajahnya menatap Eun Joo.

Eun Joo terkejut melihat wajah Jung Woo penuh luka dan terlihat pucat, “Han Jung Woo ada apa denganmu? Kenapa kau terluka parah seperti ini?” Terdengar suara dari luar pintu digedor dan teriakan menyuruh Eun Joo keluar dari kamar Jung Woo. 
 
 
Eun Joo ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jung Woo kembali menyembunyikan wajahnya tak menjawab satu pun pertanyaan Eun Joo. Eun Joo kembali bertanya dimana Soo Yeon, apa yang sebenranya tarjadi. Terdengar dari luar kalau mereka menggunakan kunci duplikat untuk membuka pintu kamar Jung Woo. 
 
 
Eun Joo berkata bukankah Jung Woo berjanji untuk tak mengabaikan Soo Yeon lagi, “Kau bilang kalau kau memilikinya itu saja sudah cukup.”

Eun Joo menunjukan buku harian Soo Yeon, “Lihat, semuanya tertulis disini. Lihat. Kubilang lihat!” Jung Woo melihat dengan sebelah matanya. Eun Joo mengatakan kalau Soo Yeon sangat menyukai Jung Woo. 
 
 
Pintu kamar terbuka, Eun Joo panik dan berkata kalau keluarganya harus menemukan Soo Yeon karena ia harus memberi tahu Soo Yeon sesuatu. Hwang Mi Ran dan bibi pembantu menyeret Eun Joo keluar dari kamar Jung Woo. Eun Joo meronta dan terus bertanya pada Jung Woo dimana Soo Yeon. 
 
 
Jung Woo tetap duduk tak bergerak menyembunyikan wajahnya. Buku harian Soo Yeon tergeletak di depannya. 
 
 
Di bawah guyuran hujan deras Detektif Kim dan juniornya mencari petunjuk menghilangnya Soo Yeon. Juniornya mengatakan kalau seseorang melaporkan menemukan sebuah mobil dan ketika ia memeriksa nomor plat-nya ternyata ini mobil yang mereka cari. 
 
 
Mobil itu tertutup dedaunan dan basah terkena hujan. Detektif Kim melihat plat nomornya ternyata itu mobil yang sama dengan mobil yang ia temui di depan rumah Jung Woo. Juniornya tanya apa sebaiknya ia memeriksanya lebih dulu. Detektif Kim bilang tak usah biar ia saja. 
 
 
Detektif Kim mengelilingi mobil yang kaca spion bagian kirinya diikat dengan tali. Ia membuka pintu belakang mobil berharap menemukan sesuatu yang bisa ia jadikan petunjuk. Ia menyuruh juniornya untuk mencari sidik jari yang ada di dalam mobil dan geledah semuanya jangan sampai terlewatkan satu sidik jari atau bahkan sehelai rambut sekalipun. Juniornya mengerti. 
 
 
Penculik 1 menjadi bulan-bulanan anak buah Han Tae Joon. Ia disiram dan dipukuli. Dengan wajah yang sudah bonyok ia meminta maaf. Han Tae Joon jelas tak bisa memaafkan orang yang sudah menculik putranya, dan bukk penculik 1 kembali mendapatkan pukulan dari anak buah Han Tae Joon. 
 
 
Han Tae Joon bertanya dimana orang yang menyuruh menculik putranya. Penculik 1 tak menjawab ia hanya memohon Han Tae Joon mengampuninya. Han Tae Joon membentak kembali bertanya dimana dia. Dengan suara terbata-bata penculik 1 mengatakan kalau ia tak tahu apa-apa lebih baik Han Tae Joon tanyakan sendiri pada Chang Taek (si penculik 2) ia hanya melaksanakan perintah Chang Taek lah yang tahu. Penculik 1 ketakutan.

Anak buah Han Tae Joon akan memukul kaki si penculik tapi Han Tae Joon melarang memukul bagian kaki, karena kaki itu bisa membawanya pada orang yang menyuruh. Ia memperingatkan anak buahnya agar semua orang yang terlibat dalam masalah ini siapapun orang itu bawa dia ke hadapannya. 
 
 
Tangan Jung Woo gemetaran berusaha menggapai buku harian Soo Yeon yang tergeletak di depannya. Perlahan ia menarik buku itu mendekat padanya.
Jung Woo membuka tiap lembar buku harian Soo Yeon yang semuanya berisi curahan hati Soo Yeon tentang Jung Woo. Ah gambar dua orang yang berada di ayunan ini sweet banget.

Jung Woo membuka lembaran pertama.

Aku suka, aku tak suka. Aku suka, aku tak suka. Aku suka. Kalau tetesan hujan turun dan menciptakan lima gelombang, itu berarti aku menyukaimu. Aku merasa malu, tapi aku akan memberitahumu ketika hujan. Itulah hadiah kecilku untukmu. 
 
 
Soo Yeon dengan seragam sekolah jongkok sambil menggambar lingkaran di tanah. Tiba-tiba sebuah tas dijatuhkan mengagetkannya. Jung Woo loncat dan jongkok di sebelah Soo Yeon. Jung Woo mengeluh kalau ia kelelahan. Ia heran kenapa Soo Yeon tak menolong teman Soo Yeon yang sedang membersihkan kelas. Soo Yeon tersenyum menatap Jung Woo. Jung Woo bertanya apa Soo Yeon tahu berapa banyak yang ia bersihkan. 
 
 
Keduanya duduk dengan posisi punggung saling menyandar membelakangi. Jung Woo tampak serius menulis tapi seperti kebiasannya pulpen selalu berada di mulutnya. Sementara Soo Yeon menulis di buku hariannya. 
 
 
Dia menggigit pulpennya, dengan pulpen itu dia menulis. 
 
 
Dia melihat langit. Dia menggembungkan pipinya. 
 
 
Dia menguap. Dia menutup matanya.
 
Soo Yeon meniupkan minuman panas dan memberikannya pada Jung Woo. Jung Woo meminumnya pelan-pelan sambil memejamkan mata. 
 
 
Dia tak bisa minum sesuatu yang panas. 
 
 
Dia membaca mundur perkalian.
 
Jung Woo : 5x9=45
Soo Yeon : 5x8=40
Jung Woo : 5x7=35
Soo Yeon : 5x6=30
Jung Woo : 5x5=25
Soo Yeon : 5x4=20
Jung Woo : 5x3=15
Soo Yeon : 5x2=10 
 
 
Jung Woo menyandarkan kepalanya ke kepala Soo Yeon dengan mata terpejam. Soo Yeon tersenyum.
 
Dia tertidur, 
 
 
Jung Woo menangis membaca tiap lembar buku harian Soo Yeon. 
 
 
“Han Jung Woo...!” panggil Soo Yeon. Jung Woo menoleh dan tersenyum.

Saat aku memanggilnya dia selalu menoleh dari kiri.

“Aku tak mengerti ini.” kata Soo Yeon yang duduk di ayunan dan tak paham dengan pelajaran yang tengah ia pelajari. 
 
 
Jung Woo menghampirinya dan memutar ayunan Soo Yeon. Jung Woo melepas dan Soo Yeon berputar-putar di ayunan. Ia tersenyum menatap langit.

Bumi berputar, aku pasti sudah gila. Meskipun kau tepat di sampingku tapi aku memikirkanmu
 
 
Aku berharap kalau hari ini hujan. Aku terus memikirkanmu.
Angin berhembus, aku memikirkanmu.
Karena angin membuat mataku berair, aku memikirkanmu.
Saat aku kelelahan berlari, aku memikirkanmu.
Saat lampu berkedip, aku memikirkanmu.
Dari lampu ke rumahku dibuhkan 280 langkah, aku memikirkanmu. 
 
 
Soo Yeon dan Jung Woo terengah-engah karena keduanya lari bersama. Suahhhh.... Jung Woo menggerakan tangannya.

Aku memikirkanmu. Orang yang menghapus kenangan burukku.

Jung Woo pamit pulang setelah mengantar Soo Yeon pulang. Jung Woo tersenyum melambaikan tangan pada Soo Yeon.

Soo Yeon : “Jung Woo, Han Jung Woo. apa yang akan kau lakukan saat salju pertama turun?
Jung Woo : “Aku akan menemuimu. Aku hanya mempunyai satu teman, Lee Soo Yeon.”
 
 
Jung Woo menutup buku harian Soo Yeon. Tangisannya semakin membuat hatinya pedih. Ia teringat ketika ia meninggalkan Soo Yeon yang sudah tak berdaya sendirian. Dan ketika itu salju pertama turun. Jung woo memeluk erat buku harian Soo Yeon bersama isak tangis yang menyesakan. 
 
 
Eun Joo berdiri di depan rumah sambil membawa tumpukan buku dan barang milik Soo Yeon yang sudah dibungkus plastik. Ayahnya datang dan bertanya apa Eun Joo sudah membawa semua yang ia katakan. Eun Joo bilang sudah, karena Soo Yeon hanya punya satu teman jadi diantara barang-barang yang ia bawa pasti ada sidik Jarinya Jung Woo.

Detektif Kim memuji kemampuan putrinya dan berkata kalau putrinya ini pantas mendapatkan kartu identitas kehormatan detektif. Tapi Eun Joo berkata kalau ia meminta ayahnya bekerja untuk mendapatkan kehormatan ayahnya lagi. (karena ayahnya sudah membuat kesalahan menangkap dan memenjarakan ayah Soo Yeon hingga di eksekusi) 
 
 
Ada yang menelepon Detektif Kim. Detektif Kim bertanya apa sudah mendapatkan hasil pemeriksaannya. Petugas bilang sudah, “Darah yang ada di sepatu itu benar darah Soo Yeon tapi kupikir telah terjadi kekerasan lain.”

“Apa? Detektif Kim terkejut. “Apa kau bilang.” 

Petugas mengatakan kalau ia sedang memeriksa sidik jari para mantan narapidana pelecehan seksual. Detektif Kim langsung terduduk lemas.

Eun Joo khawatir, ayah kenapa? Detektif Kim diam saja matanya berkaca-kaca. Eun Joo makin khawatir. Detektif Kim menggenggam tangan putrinya, ia kesal campur sedih kenapa harus sekacau ini.
 
 
Detektif Kim langsung berdiri menahan marah, ia minta Eun Joo menatap matanya. “Mulai sekarang ayah melakukan ini bukan untuk Soo-Yeon, aku melakukan ini demi dirimu. Ayah akan melakukannya sebagai seorang ayah, bukan detektif. Jadi ayah akan melakukan apapun yang ayah bisa. Ayah akan menangkap mereka. Setelah menangkap mereka, ayah tak akan melepaskan mereka. Bisakah ayah melakukan itu? ayah sangat marah, bisakah ayah bertindak gila?"
 
 
Eun Joo yang tak tahu apa yang terjadi mengerti situasi ayahnya. “Kalau begitu lakukan. tentu saja ayah harus begitu karena kau seorang ayah. Kalau tidak aku akan benar benar marah.”

Mata Eun Joo berkaca kaca, ayah, kau harus menemukannya. bawa pulang Soo Yeon bagaimanapun juga. Detektif Kim menangis mengangguk ia berjanji akan membawa pulang Soo Yeon. 
 
 
Terlihat dua mobil polisi keluar. Terdengar suara, kalau Detektif Kim mendapatkan surat perintah penangkapan, dia sudah mengancam hakim untuk ini. 
 
 
Atasan Detektif Kim marah, “Mengancam hakim? Hentikan sekarang!” Detektif Kim berkata kalau Soo Yeon sudah seperti putrinya sendiri kalau hal itu bisa membuatnya menemukan Soo Yeon ia bukan hanya akan mengancam hakim tapi ia juga akan mengancam Tuhan.
 
 
Detektif Kim kesal karena dunia ini begitu kotor. Ia mengira kalau ia akan hidup bahagia dengan Soo Yeon karena dengan begitu ia bisa menutupi dosanya dimasa lalu. Karena ia juga perlu hidup, untuk hidup ia mencoba melakukan itu secara pengecut tapi mereka sudah merusak semuanya. Ia akan menangkap semua bajingan itu. orang yang menculik Soo Yeon. Orang yang menyakiti Soo Yeon. Aku akan menangkap semuanya. tunggu dan lihat apa yang akan kulakukan setelah menangkap mereka. 
 
 
Atasan Detektif Kim memelankan suaranya, “Dengar Sung Ho, apa kau ingin berakhir seperti ini? Hanya karena satu anak apa kau akan merusak hidupmu? Pulanglah. Ayo bicara ikuti saja prosedurnya. Apa kau ingin mengakhiri kehidupan detektif yang kau kejar selama 17 tahun?” 
 
 
Detektif Kim meninggikan suaranya, “Ya benar. Aku akan mengakhirinya. Begitu aku menangani kasus ini, aku bukan lagi seorang detektif. Apa kau masih akan bertindak sesuai prosedur saat putrimu hilang? Silakan coba saja halangi aku. Aku menantangmu untuk menghalangiku. Siapapun yang menghalangi jalanku akan kuhentikan.” 
 
 
Direktur Nam mendapat telepon, ia terkejut. Sepertinya ia mendapatkan kabar kalau Detektif Kim akan datang membawa surat perintah penangkapan. Han Tae Joon merebut telepon, ia marah. “Apa yang kau lakukan? kau bahkan tak bisa mengurus masalah kecil seperti ini?”

Hwang Mi Ran tergesa-gesa masuk ke ruang kerja suaminya dan terdengarlah suara sirine mobil polisi.
 
Detektif Kim masuk ke rumah Han Tae Joon bersama juniornya. Anak buah Han Tae Joon berusaha menghalangi menyuruh keluar tapi Detektif Kim tetap memaksa masuk. 
 
 
Han Tae Joon dan Direktur Nam keluar dari ruang kerja menemui Detektif Kim. “Apa yang kau inginkan?” tanya Direktur Nam.

Detektif Kim : “Atas penculikan anak dibawah umur dan pelecehan seksual dan untuk semua hak hukum korban aku akan menangakap tersangka.”

Mi Ran mengatakan kalau yang dimaksud Detektif Kim itu usianya masih 15 tahun, ia bertanya apa detektif Kim membawa surat perintahnya. Detektif pun pun menunjukan surat perintah yang ia bawa. Ia mengatakan kalau di dalam mobil yang digunakan untuk menculik ditemukan sidik jari Jung Woo dan untuk saat ini Jung Woo lah tersangka utamanya. 
 
 
“Apa namamu kim Sung Ho? Tanya Han Tae Joon. “Panggil aku detektif Kim. Aku masih seorang detektif, mengerti?” 
 
 
Tiba-tiba Jung Woo keluar dari kamar bertanya kenapa Detektif Kim datang terlambat. Han Tae Joon menyuruh putranya kembali ke kamar tapi Jung Woo mengabaikan perintah ayahnya, ia menuruni tangga menghampiri detektif Kim dengan wajah penuh kesediahan. Detektif Kim tak menyangka kalau keadaan Jung Woo juga tak baik. Jung Woo berjalan tertatih menuruni tangga. 
 
 
Jung Woo mengangkat tangannya menyerahkan diri bersedia di borgol. “Tangkap aku!” kata Jung Woo penuh rasa bersalah. 
 
 
Detektif Kim sedih melihat keadaan Jung Woo, “Maafkan aku Jung Woo. Aku sedikit gila sekarang.” Jung Woo kembali menitikan air matanya. Detektif Kim memasangkan borgol di kedua tangan Jung Woo. Han Tae Joon menahan marah atas tindakan berani detektif Kim menangkap putranya. 
 
 
Jung Woo dimasukan ke mobil polisi. Detektif Kim berpesan pada juniornya agar jangan mengikutinya. Juniornya heran apa detektif Kim tak akan pergi ke kantor. Detektif Kim tak menjawabnya. 
 
 
Ketika Detektif Kim akan masuk ke mobilnya Han Tae Joon datang dan mengatakan kalau ia juga ingin ikut ke kantor polisi bersama putranya. “Kalau seorang anak berusia 15 tahun melakukan kesalahan maka kesalahan orang yang mengajarinya itu juga lebih besar. Kalau kau yakin Jung Woo melakukan kejahatan aku juga harus dihukum.”

Detektif Kim membolehkan, “Kalau begitu kenapa kau tak mengikutiku saja?” Detektif Kim masuk ke mobilnya. 
 
 
Mobil polisi meninggalkan kediaman keluarga Han. di dalam mobil, Detektif Kim berkata pada Jung Woo kalau ia tak punya pilihan lain untuk membawa Jung Woo keluar. Ia minta Jung Woo bertahan karena ia akan membantu Jung Woo. Detektif Kim melihat Jung Woo yang duduk di kursi belakang menatap dengan tatapan kosong. 
 
 
Direktur Nam bertanya pada Presdir-nya apa perlu ia mengikuti mereka. Han Tae Joon melarang, “Biarkan saja karena dia (Detektif Kim) ingin menemukan anak perempuan itu, jadi biarkan saja.” 
 
 
Di tempat sauna, seorang pria menutupi wajahnya dnegan handuk. Seseorang datang menarik baju pria itu dan ternyat pria itu penculik 2 si Chang Taek, penculik yang menodai Soo Yeon. Siapa seseorang yang menariknya, Si penculik 1. Penculik 1 bertanya kenapa temannya ini tak menjawab panggilan teleponnya. Penculik 2 heran bagaimana temannya ini bisa bebas dan kenapa bisa luka-luka seperti ini. Tiba-tiba ada yang mendorong si penculik 1. 
 
 
Penculik 2 ketakutan, siapa kalian. Ternyata itu anak buahnya Han Tae Joon yang datang bersama Direktur Nam. Penculik 2 mencoba melawan akan kabur, tapi percuma saja. Ia dengan mudah dilumpuhkan. 
 
 
Direktur Nam melemparkan sesuatu ke samping penculik 2. Penculik 2 menoleh dan terkejut itu sweater yang dikenakan Soo Yeon malam itu. 
 
 
Detektif Kim bicara berdua dengan Jung Woo di tepi sungai. Jung Woo mengaku kalau malam itu ia melarikan diri sendirian. Jung Woo menceritakannya sambil menitikan air mata. Ia mengatakan kalau Soo Yeon datang untuk menyelamatkannya tapi ia malah meninggalkan Soo Yeon dan melarikan diri. 
 
 
Detektif Kim bertanya apa Jung Woo ingin mengatakan sesuatu pada Soo Yeon. Jung Woo mengangguk. Detektif Kim berkata kalau ia juga ingin mengatakan sesuaatu pada Soo Yeon. 
 
 
“Soo Yeon, dia bukan putri seorang pembunuh,” ucap Detektif Kim. Detektif Kim mengaku kalau ia sudah menangkap orang yang salah.

Jung Woo jelas kaget, Paman?

Detektif Kim : “Ayah Soo Yeon. Sebelum Lee Tae Soo dieksekusi aku menemukan penjahat yang sebenarnya. Tapi aku tak mengungkapkannya. Aku tak punya keberanian untuk mengungkapkannya dan melepas lencana detektifku. Aku membuat Soo Yeon menjadi putri seorang pembunuh.”

Teringat dalam benak Jung Woo, Soo Yeon memohon-mohon pada keluarga korban. Bahkan ketika ia mengajak Soo Yeon berteman, ia menyebut Soo Yeon sebagai putri seorang pembunuh. 
 
 
Detektif Kim menangis sedih dan meminta maaf pada Jung Woo. Jung Woo bilang kalau detektif Kim jangan meminta maaf padanya, ia minta detektif Kim menemukan Soo Yeon dan memberi tahu hal ini pada Soo Yeon. Detektif Kim berjanji ia akan berusaha menemukan Soo Yeon. Jung Woo bersedia memberikan informasi, tanyakan apa saja padanya ia akan memberi tahu semuanya. 
 
 
Eun Joo pulang dari sekolah, sebelum masuk ke rumah tiba-tiba pandangannya tertuju pada satu arah, ia menatap sedih baju Soo Yeon. Ia membetulkan jepit jemuran yang terlepas. Sangat jelas terlihat kalau Eun Joo merindukan Soo Yeon. 
 
 
Ibu menangis memeluk baju sekolah Soo Yeon. Ia jelas merindukan putrinya yang tak diketahui keberadaannya. 
 
 
Jung Woo menjelaskan kronologi kejadiannya pada Detektif Kim, katika itu ia mengajak Soo Yeon untuk pulang dengannya. Tapi bajingan itu.... Tangan Jung Woo mengepal menahan marah. Ia tak sanggup melanjutkan kata- katanya.

Detektif Kim tahu apa yang terjadi diantara mereka berdua ketika itu, “Jangan katakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan. Katakan saja tentang pelakunya.” 
 
 
Jung Woo memejamkan mata berusaha mengingat-ingat, Dia tak punya jari manis (jari manis nya terpotong gitu) Jung Woo menebak kalau itu tangan kanan si penculik 2. Dahinya berdarah, dia mengatakan ul-eum (es) Jung Woo membenarkan, orang yang satu lagi mengatakan itu. Detektif Kim berkata kalau itu philopon (sejenis narkoba) 
 
 
Detektif Kim menunjukan gambar seseorang berada di dalam mobil. Ia mengatakan kalau wajah orang yang di dalam mobil terlihat tak begitu jelas di foto apa Jung Woo bisa mengenali orang itu. Jung Woo mengamatinya dan membenarkan kalau orang itu dia, pakaian dan topinya, benar itu dia. 
 
 
“Pria yang menggunakan narkoba dan tak punya jari.” Detektif Kim bergumam keduanya merasa kalau ia bisa menengkapnya. Detektif Kim menunjukan sepatu sebelah milik soo Yeon yang ia temukan. Jung Woo menatapnya sedih, Detektif Kim mengatakan kalau hanya itu yang tersisa setelah gudang itu terbakar. 
 
 
Jung Woo terkejut mendengar gudang tempat ia dan Soo Yeon disekap dibakar secara sengaja. Detektif Kim mengatakan kalau mereka mencoba untuk menutup kasus ini. “kau lihat waktunya kan? Waktu kebakaran itu sekitar jam 1 dini hari. Sebelum kebekaran dia melarikan diri. Itu berarti besar kemungkinan kalau orang yang satu lagi (penculik 1) membakar dan melarikan diri dengan Soo Yeon. Jung Woo bilang tidak mungkin, karena ayahnya menangkap orang itu.

Detektif Kim kaget. Jung Woo membenarkan, “Aku menelepon polisi tapi ayahku tiba lebih dulu. Ayahku bilang dia akna menemukan Soo Yeon dan membawa pria itu ke gudang lagi.” Detektif Kim berfikir apa yang sebenarnya terjadi. Ia menyimpan kembali foto mobil dan berkata kalau ia harus menyelidiki ini lebih lanjut lagi.

Jung Woo akan menanyakan hal ini pada ayahnya, tapi detektif Kim bilang kalau semua ini belum ada kepastiannya. Ia meminta Jung Woo jangan meragukan ayah Jung Woo. Ia melarang melakukan itu. 
 
 
Detektif Kim menyuruh Jung Woo istirahat, ”Lihat dirimu sekarang.” Jung Woo hampir menangis, Detektif Kim mengelus kepala Jung Woo. 
 
 
Detektif Kim menerima telepon dan terkejut, “Apa kau yakin kalau itu Soo Yeon?” Si penelepon bilang kalau mereka sedang memeriksanya, seseorang melihat pria membawa seorang gadis di dekat gudang. 
 
 
Detektif Kim tiba di kantor polisi, ia menemui pria yang melihat penjahat membawa seorang gadis. Detektif Kim bertanya pada juniornya apa dia orangnya. Juniornya membenarkan dia orang yang bekerja di dekat gudang itu tapi Junior detektif Kim malah mendapat gaplokan di kepala dari seniornya yang lain. Seniornya itu marah apa sekarang hanya ada kasus nya Lee Soo Yeon. 
 
 
Detektif itu mengingatkan kalau Detektif Kim dan Detektif Junior harus melakukannya dengan hati-hati. Memang bagus kalau kau melakukan keinginanmu tapi besok itu hari dimana kita menerima gaji, aku harus membawa pulang gajiku.” 
 
 
Setelah detektif itu pergi, detektif junior mengatakan kalau saat pria ini bekerja dia melihat seorang pria menggendong seorang gadis. Dia bilang dia mengingat wajah pelakunya jadi ia memeriksa data mantan nara pidana dengan kasus pelecehan seksual. 
 
 
Detektif Kim bertanya apa pria itu melihat wajah gadis itu, bagaimana wajahnya, kira-kira berapa usianya.” Pria itu mengatakan kalau penjahat itu menggendong si gadis jadi ia tak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas ditambah lagi gadis itu memiliki rambut panjang yang menutupi. 
 
 
Detektif Kim kembali bertanya apa pria ini melihat pakaian yang dikenakan gadis itu. Pria itu bilang kalau ia tak begitu ingat bagian bawahnya tapi bagian atasnya dia mengenakan sesuatu yang berwarna putih karena itu aku bisa mengenalinya dengan mudah saat gelap.

Detektif Kim hilang kesabaran, ia membanting dokumen yang ada di depannya, ia membentak, “Kenapa kau baru melaporkannya sekarang? Itu sudah lama terjadi. Kau tak berbohong kan?” 
 
 
Polisi melakukan penyisiran di sepanjang sungai atas kesaksian pria itu. Tapi meraka belum menemukan apapun. Salah satu detektif melihat kalau detektif Kim sedang jongkok dan mengajak agar cepat menyekesaikan ini. 
 
 
Detektif Kim berkata kalau ia ingin bertemu dengan saksi itu lagi. Karena tempat dimana ia menemukan sepatu Soo Yeon berada di arah yang berlawanan sejauh 2 km. Soo Yeon tak akan mungkin disini. 

Tiba-tiba ada yang berteriak, kalau mereka menemukan sesuatu, anjing pelacak pun menggonggong. 
 
 
Detektif Kim segera ke tempat si anjing pelacak menemukan yang dicurigai. Detektif Kim menggali tanah itu. Detektif Kim melihat sesuatu dibalik timbunan tanah. 
 
 
Jung Woo masih berada di tepi sungai, ia melempar batu ke arah sungai. “Dia datang, dia tak datang. Dia datang dia, tak datang.” 
 
 
Detektif Kim terus menggali dan itu sweater pemberiannya untuk Soo Yeon. Bukannya sweater itu ada di tangan Han Tae Joon kenapa bisa tertimbun tanah di tepi sungai?
 
 
Detektif Kim menggali gundukan tanah dengan kedua tangannya dan ia menemukan sweater milik Soo Yeon. Sweater hadiah yang ia berikan pada Soo Yeon. Detektif Kim terdiam melihat benda itu. Detektif yang lain menyuruh petugas untuk menggali lagi.

 
Jung Woo melempar batu ke sungai dan menghitung gelombang yang diciptakan dari lemparan batunya sambil bergumam, “Dia datang, dia tak datang, dia datang.” Jung Woo menatap langit sore dan tersenyum. 
 
 
Detektif Kim merebut sweater itu untuk memastikan apa benda itu benar milik Soo Yeon atau bukan. Setelah memastikan kalau benda itu milik Soo Yeon ia marah, “Siapa yang melakukan ini?” ia membantak marah, “Siapa yang melakukan ini?” Detektif Kim menangis memeluk sweater milik Soo Yeon. 
 
 
Teman Detektif Kim menerima telepon ia terkejut dan bertanya apa kalian menemukannya. Dengan cepat Detektif Kim merebutnya dan bertanya pada si penelpon, “Siapa?” Detektif Kim meninggikan suaranya, “Katakan padaku!”

Detektif Kim bertanya apa yakin kalau itu orang yang dilihat oleh saksi. Mereka membenarkan bahwa berdasarkan kesaksian Jung Woo orang itu tak memiliki jari manis dan memiliki catatan kriminal narkoba dan juga pelecehan seksual. 
 
 
Detektif Kim berada disuatu tempat mengintai si pelaku penculikan. Penculik 1 mengendap-endap sambil melihat sekeliling sambil membawa sesuatu yang ia sembunyikan. Detektif Kim mengikutinya. 
 
 
Direktur Nam melapor pada Han Tae Joon kalau pertemuan dengan Pengacara Choi berjalan lancar. Han Tae Joon menanyakan perkembangan terhadap pencarian perawat Jung Hye Mi.

Direktur Nam berkata kalau ia memeriksa catatan panggilan telepon Perawat Jung, “Panggilan terbanyak ditemukan disekitar rumah sakit jiwa dimana wanita itu berada. Jadi kami sedang menyelidiki tempat-tempat terdekat. Aku berfikir kalau mereka mempunyai tempat persembunyian di daerah itu.” 
 
 
Han Tae Joon bertanya berapa lama waktu yang Direktur Nam butuhkan untuk mengungkap semuanya. Direktur Nam berkata kalau untuk memeriksa semua tempat ia memerlukan waktu lebih banyak lagi.

Han Tae Joon tak peduli yang penting Direktur Nam harus menemukan perawat Jung Hye Mi. Entah itu di stasiun kereta api, pelabuhan atau bahkan bandara, blokir semua tempat yang memungkinkan mereka bisa melarikan diri.

Direktur Nam mengatakan kalau kepala polisi sudah... Belum sempat Direktur Nam mengatakannya Han Tae Joon memotong ucapannya, apa Direktur Nam percaya pada mereka. “Apa kau tak melihat apa yang mereka lakukan hari ini?” Ia minta Direktur Nam menyiapkan mobil untuknya ia akan mencarinya sendiri. 
 
Ketika Han Tae Joon akan pergi Jung Woo masuk ke ruang kerjanya. Dengan wajah menunduk Jung Woo mengatakan kalau ia sudah pulang. Han Tae Joon mencibir kalau apa yang dilakukan Jung Woo tadi adalah tindakan bodoh (menyerahkan diri pada polisi). Jung Woo menunduk minta maaf.
 
 
Jung Woo menatap ayahnya dan berkata kalau ia ingin menanyakan satu hal. Tapi Han Tae Joon sedang tak ingin bicara dengan putranya, ia akan berlalu dari ruang kerjanya tapi pertanyaan Jung Woo menghentikan langkahnya. Jung Woo bertanya dimana penculik yang ayahnya tangkap hari itu.

Han Tae Joon sedikit terkejut dnegan pertanyaan putranya, begitu pula dengan Direktur Nam. Jung Woo mengatakan kalau ia mendengar terjadi kebakaran di gudang tempatnya disekap. Jung Woo berkata kalau polisi tak bisa menemukan apa-apa karena semuanya sudah terbakar dan pelaku yang satunya lagi melarikan diri. Jadi dimanakah orang yang ayahnya tangkap.
 
 
“Aku gagal menangkapnya.” sahut Direktur Nam.

“Apa?” Jung Woo kaget.

Direktur Nam sejenak menatap Presdirnya dan berkata pada Jung Woo kalau ketika itu ia pergi untuk mencari teman Jung Woo (Soo Yeon) tapi terjadi kebakaran disana. Han Tae Joon menyela Direktur Nam tak perlu menjawab pertanyaan Jung Woo, kirim saja Jung Woo ke Amerika atau rumah sakit jiwa agar ia tak perlu melihat Jung Woo lagi. 
 
 
Jung Woo akan mengejar ayahnya tapi Dir Nam menahannya. Ia menyarankan sebaiknya Jung Woo tinggal di Amerika untuk sementara waktu. Tak peduli apa yang dikatakan Presdir ia akan mencari teman Jung Woo
 
Jung Woo heran, “Kau bilang terjadi kebakaran saat kau ke gudang itu kan?” Dir Nam membenarkan mungkin pelaku yang satu lagi yang melakukan itu. “Kenapa apa polisi menemukan sesuatu?” wajah Dir Nam tampak tegang. “Tidak....” jawab Jung Woo membuat Dir Nam merasa lega. Dir Nam permisi dan menyuruh Jung Woo istirahat. 
 
 
Jung Woo melihat sekeliling ruang kerja ayahnya, ia mendekat ke arah meja kerja ayahnya dan memandang foto dirinya terpasang di samping foto ayahnya. Jung Woo mendekatkan fotonya agar lebih dekat lagi dengan foto ayahnya. 
 
 
 Penculik 1 masuk ke sebuah ruangan, ternyata di ruangan itu penculik 2 sudah menunggu. Penculik 2 bertanya apa temannya ini membawa barang titipannya. Penculik 1 menyerahkan bungkusan kepada penculik 2, isinya tentu saja barang haram yang namanya narkoba.”

Penculik 1 kesal apa temannya ini akan menjadi orang gila. Penculik 2 tak menanggapi pertanyaan temannya, ia meminta temannya membawakan bir untuknya dan juga jangan lupa bawakan wanita.

Plok... Kepala penculik 2 digaplok. Penculik 1 makin kesal apa temannya ini tak bisa membedakan antara kotoran dengan pasta kacang kedelai. Penculik 2 bertanya apa temannya ini tahu berapa harga barang ini. 
 
 
Penculik 1 mencengekeram baju temannya dan memperingatkan jangan pernah membuat kesalahan, “Kalau kita tak mengikuti perintah mereka kita berdua akan mati. Penculik 2 berkata kalau ia akan mengikuti perintah mereka jadi cepat bawakan wanita cantik untuknya sebelum ia membocorkan rahasianya. 
 
 
Tiba-tiba pintu terbuka, Detektif Kim masuk mengagetkan keduanya dan langsung mengunci pintu. Penculik 1 langsung menyembunyikan narkoba yang dibawanya tapi si penculik 2 merebut barang itu. Dengan wajah yang masih menampakan keterkejutan penculik 1 bertanya siapa Detektif Kim. Dengan tenang Detektif Kim mengatakan kalau ia ayahnya Soo Yeon dan bertanya dimana Soo Yeon. 
 
 
Karena tak ada jawaban Detektif Kim hilang kesabaran, ia langsung menendang si penculik 1 kuat-kuat. Detektif Kim yang marah langsung membalikkan meja dan membuat semua yang ada di atas meja berhamburan. Penculik 2 ia pun mencari sesuatu yang terjatuh. Detektif Kim mencekik dan menahan tubuh penculik 1 ke tembok. Dengan keras ia kembali menendang kaki dan memborgolnya. 
 
 
Penculik 2 yang sibuk mencari sesuatu akhirnya menemukan pisau kecil untuk melawan Detektif Kim. Ia mengarahkan pisau itu kearah Detektif Kim. Ia tersenyum seolah akan menang karena ia menggunakan senjata. Penculik 2 menilai kalau Detektif Kim orang gila kareba setahunya ayah anak itu sudah mati. Penculik 1 yang sudah kesakitan karena siksaan dari Han Tae Joon berkata kalau ia akan menyerahkan diri.  

“Menyerahkan diri? tentu saja. Memangnya kenapa kalau aku menyentuh anak itu? penculikan dan pelecehan seksual, berapa lama aku akan dipenjara? 7 tahun?” Kata penculik 2 menerka hukumannya sambil mengayunkan pisau. Detektif Kim kembali bertanya dimana Soo Yeon.

Penculik 2 : “Lihat? Aku mengkonsumsi narkoba. Karena aku dalam keadaan tak sadar, hukumanku akan diturunkan menjadi 3 tahun. Atau dua tahun?” 
 
 
Tiba-tiba dengan cepat Detektf Kim menarik tangan penculik 2 dan menjatuhkan pisaunya. Dengan sekuat tenaga ia membanting penculik 2 itu ke kursi. Ia kembali bertanya, “Dimana Soo Yeon? Dimana Soo Yeon brengsek?”

Detektif Kim menendang perut penculik 2. Tak hanya menendang ia pun memukulinya. Ia menarik tangan si penculik 2 akan memborgol dan melihat kalau pria ini tak memiliki jari manis di tangan kanannya. Ia pun akhirnya tahu kalau pria inilah yang melakukan pelecehan terhadap Soo Yeon. 
 
 
Detektif Kim sangat marah, ia kalap dan menendang area pribadi milik si penculik 2 berkali-kali. Penculik 2 kesakitan teramat sangat. Detektif Kim yang sangat marah terus menendang. Penculik 1 yang ketakutan memohon Detektif Kim jangan membunuh temannya.

Detektif kim memukuli si penculik 2, “Apa ini sakit? Apa ini sakit?” Bentaknya terus memukul dan menendang. Terbayang dalam ingatan Detektif Kim betapa kehidupan Soo Yeon sangat menderita dengan identitas sebagai putri seorang pembunuh ditambah lagi Soo Yeon mengalami pelecehan seksual. Ia terus meluapkan kemarahannya dengan memukul dan menendang si pelaku. 
 
 
Detektif Kim menarik penculik 2 itu ke tembok dan kembali bertanya dimana Soo Yeon. Panculik 2 yang sudah babak belur ternyata masih belum sadar juga. Ia malah tersenyum meremehkan, Detektif Kim jelas marah dan kembali akan memukul.

Si penculik 2 tersenyum sinis, “Apa kau ingin aku memberitahumu dimana Soo Yeon? Mati. Aku melemparkannya ke laut. Karena dia berisik seperti kau. Aku sudah membunuhnya.” kata penculik 2 tanpa rasa bersalah dan tertawa.

Detektif Kim kaget dan tak menyangka, “Dasar bajingan...” air mata detektif Kim mengalir mendengar si penculik 2 mengatakan kalau dia sudah membunuh dan membuang mayat Soo Yeon ke laut. 
 
 
Dibawah guyuran salju Polisi menggelar rekonstruksi di TKP tepatnya di bendungan Soosung dimana menurut penculik 2 mayat Soo Yeon dibuang usai dibunuh. Banyak wartawan dan warga yang melihat. Tersangka utama menutupi wajahnya dengan masker. 
 
 
Hadir ditengah-tengah warga ibu Soo Yeon yang ingin melihat langsung proses rekonstruksi berlangsung. Ia melihat si pelaku sedang memperagakan dengan manekin bagaimana dia melemparkan tubuh Soo Yeon. 
 
 
Reporter melaporkan bahwa tersangka setelah mengkonsumsi philopon dia melakukan tindak pidana. Dia menyerahkan diri setelah melakukan pelecehan seksual terhadap seorang gadis dan melemparkan mayat gadis itu ke bendungan Soosung. Polisi menemukan pakaian dan sepatu korban dan mempunyai saksi yang melihat tersangka membuang mayat korban. Di berita juga disebutkan bahwa korban adalah putri dari Lee Tae Soo tersangka yang sudah dieksekusi mati belum lama ini. 
 
 
Jung Woo yang berada di rumah sakit menonton berita ini. Sementara Detektif Kim menyendiri di kantor polisi melamun dengan nasib tragis yang menimpa Soo Yeon. Kedua pria beda usia ini hanya bisa terdiam sedih.
 
 
Tersangka memperagakan bagaimana ia melempar mayat Soo Yeon. Warga yang melihat banyak yang menangis tak habis pikir kenapa ada orang setega itu. Ibu yang melihat rekonstruksi langsung lemas setelah melihat putrinya diperlakukan secara tak manusiawi. 
 
 
Detektif bertanya pada tersangka bagaimana dengan pakaian korban. Dengan santai tersangka mangatakan kalau pakaiannya ada disana, bukankah sudah ditemukan. Dimana tanya detektif mencoba mengorek informasi. Tersangka kembali mengatakan dengan santai disana. Detektif kesal dan menarik topi tersangka. Detektif yang lain juga kesal karena tersangka ini bicara tak formal pada mereka. 
 
 
Rekonstruksi selesai, tersangka akan dibawa kembali ke kantor polisi. Ibu Soo Yeon bergerak maju ingin menemui tersangka tapi petugas kepolisian mencegahnya. Ibu mengatakan kalau ia hanya ingin bertanya sesuatu pada si pelaku. Tapi petugas melarang membuat ibu terpaksa mengatakan kalau ia ini ibu Soo Yeon, ibu dari korban. Semua kamera langsung mengarah ke ibu Soo Yeon.

Detektif langsung membawa ibu Soo Yeon. Ibu memohon pada detektif itu kalau ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada tersangka. Detektif pun mengijinkan. Detektif memperingatkan wartawan agar jangan mengambil gambar tapi wartawan tetap nekat mengambil gambar ibu dan si pelaku. 
 
 
Ibu menatap si pelaku yang wajahnya tertutup masker. Dengan suara berat ibu bertanya, “Kenapa kau melakukanya?” Si pelaku diam. Ibu kembali bertanya, “Kenapa kenapa kau melakukannya?” Ibu menangis, “Kenapa kau melakukannya, pada anak semuda itu, pada anak semalang itu, kenapa kau melakukannya?” 
 
 
Si tersangka akan pergi tapi ibu minta jawab dulu pertanyaannya sebelum pergi, “Kenapa anakku? Kenapa harus anakku? Kenapa harus Soo Yeon anakku? Aku tanya kenapa?” Si tersangka diam saja. Ibu menahan tubuh si tersangka, “Kau tak membunuhnya kan? Soo Yeon-ku masih hidup kan? Aku tak akan mengatakan apa-apa, aku tak akan membencimu, aku tak akan menyalahkanmu, apapun yang kau lakukan tak masalah, itu semua tak masalah aku tak akan mengatakan apa-apa. Jadi, katakan kalau Soo Yeon masih hidup. Soo Yeon masih hidup kan? Soo Yeon-ku belum mati kan? Jawab aku! Soo Yeon-ku masih hidup kan?” Ibu menangis histeris. 
 
 
Jung Woo yang menonton tayangan ini dari layar televisi rumah sakit ikut sedih melihatnya. Ia memjamkan mata mencoba menahan kesedihannya. Tiba-tiba tangan seseorang menepuknya, Hwang Mi Ran.

Hwang Mi Ran mengajak Jung Woo pulang. Terdengar berita di televisi kalau mayat korban tak ditemukan dan ini membuat media menjadi bingung. Terlepas dari keberadaan mayat, polisi membawa kasus ini ke kejaksaan dan mengatakan kalau tersangka akan dihukum berat. 
 
 
Hwang Mi Ran mengingatkan Jung Woo kalau menurut pesan dokter Kim, Jung Woo harus berangkat sekarang. Mi Ran mengatakan kalau Jung Woo sudah tak punya waktu. Jung Woo diam tak beranjak dari tempat duduknya. Mi Ran mulai kesal, “Bukankah sudah kubilang kita tak punya waktu.” 
 
 
Dengan tubuh lemas dan tak bersemangat Jung Woo berjalan mendahului ibu tirinya, nabrak ibu tirinya pula. Mi Ran jelas menahan kesal. Ia mengikuti Jung Woo. 
 
 
Supir membukakan pintu mobil tapi Jung Woo tak masuk ke dalamnya, ia malah berlari pergi dibawah hujan salju. 
 
 
Jung Woo sampai di taman bermain ia langsung menuju ke tempat biasanya Soo Yeon bersembunyi. Di balik perosotan. Ia berharap bisa menemukan gadis itu disana. Tapi Jung Woo kecewa ia tak menemukan Soo Yeon. Jung Woo menatap sedih tempat itu dan kembali menitikan air mata. 
 
 
“Besok apa kau akan datang kesini lagi?” tiba-tiba bayangan Soo Yeon muncul dan bertanya pada Jung Woo. Jung Woo menoleh dan melihat Soo Yeon ada di hadapannya tersenyum. 
 
 
Sambil menangis Jung Woo menjawab, “Tidak. Besok dan lusa dan juga hari berikutnya aku akan datang setiap hari.” Soo Yeon tersenyum. Dan seketika itu pula bayangan Soo Yeon ini kembali tak ada, hanya Jung Woo sendirian di taman bermain itu. 
 
 
Tiba-tiba terdengar suara dernyit ayunan. Jung Woo langsung menoleh ke arah ayunan berharap Soo Yeon berada disana, tapi ia harus kembali kecewa karena ayunan itu bergerak tertiup angin.
 
 
Jung Woo kembali bersedih, “Soo Yeon kau dimana? Lee Soo Yeon. Soo Yeon kau dimana?” Jung Woo meninggikan suaranya, “Soo Yeon kenapa kau tak menjawabku? Kenapa? Lee Soo Yeon. Soo Yeon. SOO YEON KAU DIMANA?”
 
 
Jung Woo melamun duduk di belakang perosotan. Ia mengingat apa yang disampaikan Detektif Kim bahwa yang tersisa hanya sepatu milik Soo Yeon. Lalu ia mengingat ucapan Direktur Nam yang mengatakan kalau Direktur Nam mencari Soo Yeon tapi terjadi kebakaran. Ia kembali mengingat ucapan Detektif Kim yang menebak kalau Soo Yeon sudah melarikan diri sebelum terjadi kebakaran dan kemungkinan besar orang yang satu lagi yang membakar dan melarikan diri dengan Soo Yeon. Tapi menurut Jung Woo itu tak mungkin karena ayahnya sudah menangkapnya.

Jung Woo terus berfikir apalagi ketika ia menanyakan perihal orang yang ditangkap itu ia malah mendapat jawaban yang mengejutkan dari Direktur Nam yang mengatakan kalau dia gagal menangkap penjahat itu. Jung Woo terus berfikir apalagi alasan Detektif Kim yang memintanya jangan meragukan ayahnya. Ditambah lagi ayahnya pernah mengingatkan kalau Jung Woo jangan pernah melibatkan polisi dalam masalah apapun. Jung Woo langsung bergegas lari menuju rumahnya. 
 
 
Sampai di rumah ia berpapasan dengan ibu tirinya yang menyuruh untuk mengemasi barang-barangnya, “Ayahmu bilang akan mengirimmu ke rumah sakit jiwa kalau kau melawannya lagi.” Tapi Jung Woo tak peduli ucapan ibu tirinya ia masuk ke ruang kerja ayahnya. Hwang Mi Ran yang mencoba menghalangi tapi tak berhasil Jung Woo memaksa masuk ke ruang kerja dan menutup pintunya. 
 
 
Jung Woo mengobrak-abrik semuanya, mulai dari koran sampai laci-laci ayahnya ia geledah. Ah Reum ternyata berada di rungan itu bersamanya.

Terdengar suara dari luar Hwang Mi Ran yang cemas dengan tindakan Jung Woo.

Jung Woo akan membuka laci tapi tak bisa karena laci itu terkunci. Ia curiga pasti di dalamnya ada sesuatu. Ia berusaha mencari kunci dan mendapatkannya, kunci itu ada di tempat pensil.

Ah Reum yang cemas berkata kalau ayahnya akan datang dan kakaknya akan berada dalam masalah. Jung Woo membuka laci meja kerja ayahnya dan apa yang ia temukan... 
 
 
Di dalam laci itu ada beberapa foto Detektif Kim dan berkas-berkas tentang detektif Kim. Jung Woo tak mengerti kenapa ayahnya menyimpan ini semua.

Apalagi yang Jung Woo temukan, ponsel miliknya. Ia tambah tak mengerti bgaimana bisa ponselnya ada di tangan ayahnya bukankah ponsel itu habis terbakar. Kenapa masih utuh. 
 
 
Jung Woo mencoba mengaktifkan ponselnya dan ternyata masih berfungsi. “Soo Yeon, Soo Yeon..” Jung Woo menggumamkan nama Soo Yeon sambil menangis. Melihat kakaknya menangis Ah Reum ikut sedih. 

Tiba-tiba ponsel Jung Woo berdering. Jung Woo kaget dan diam tak segera menjawabnya. Ia tak percaya tiba-tiba ponselnya langsung ada yang memanggil. “Kakak ada panggilan masuk!” sahut Ah Reum. 
 
 
Tangan Jung Woo gemetaran menjawab panggilan itu, ia mendekatkan ponselnya ke telinga. “Ha.. lo...” suara Jung Woo gemetaran.

“Jung Woo... Han Jung Woo...” Terdengar suara seorang wanita dari seberang sana.

“Soo Yeon...!” Jung Woo langsung mengenali suara Soo Yeon. “Soo Yeon apa ini kau?” Jung Woo menangis tak percaya.

Tiba-tiba ada yang mengambil paksa ponsel Jung Woo dan memutus sambungan teleponnya. Jung Woo menatapnya kaget. 
 
 
“Apa yang kau lakukan? Apa kau mau membunuh kita semua?” Perawat Jung mendorong seorang anak perempuan hingga terjatuh karena menggunakan teleponnya untuk menghubungi Jung Woo. Soo Yeon ternyata selamat, Perawat Jung tak menabraknya. Tapi wajah Soo Yeon yang penuh luka diperban. 
 
 
Hyung Joon merangkak mendekat ke arah Soo Yeon. “Apa kau terluka?” Hyung Joon mengkhawatirkan Soo Yeon.

Jung Hye Mi menarik Hyung Joon dan berkata kalau mereka tak bisa tertangkap oleh Han Tae Joon hanya karena Soo Yeon, bukankah ia sudah bilang agar tak membawa Soo Yeon. Ia menarik Hyung Joon untuk bangun tapi Hyung Joon menolak. Ia memeluk melindungi Soo Yeon. Hyung Joon memohon agar Hye Mi menyelamatkan Soo Yeon karena Soo Yeon juga pernah menyelamatkannya. Soo Yeon diam saja. 
 
 
Jung Woo meminta ponselnya dikembalikan karena yang barusan bicara dengannya itu Soo Yeon. Ternyata yang merebut ponsel Jung Woo adalah ayahnya.

Han Tae Joon mengingatkan putranya kalau Soo Yeon sudah mati. Jung Woo menolak anggapan ayayhnya karena ia meyakini Soo Yeon masih hidup. Ia yakin Soo Yeon akan meneleponnya lagi, jadi berikan ponsel itu padanya.

Jung Woo berusaha mengambil ponselnya tapi Han Tae Joon menepis tangan putranya. “Bagaimana bisa orang yang mati meneleponmu?” 
 
 
Jung Woo berkata kalau ia harus menjawab telepon dari Soo Yeon. Ia memohon pada ayahnya karena Soo Yeon masih hidup. Karena terlalu banyak bicara Han Tae Joon marah dan memukul wajah putranya. Ah Reum terkejut melihat ayahnya marah dan bergerak mundur sambil memeluk boneka beruangnya. 
 
 
Han Tae Joon menilai putranya sudah gila. Jung Woo menatap ayahnya, “Ayah apa kau benar-benar berfikir begitu? Apa ayah benar-benar berfikir kalau aku sudah gila? Aku mendengar suara Soo Yeon. Itu benar-benar Soo Yeon. ‘Jung Woo, Han Jung Woo’ berikan padaku, aku harus mengatakan sesuatu pada Soo Yeon. Kumohon berikan padaku.” Air mata Jung Woo mengalir deras di pipinya, “Kalau Soo Yeon mati bukankah ayah bilang itu kesalahanku. Kalau Soo Yeon mati akulah orang yang membunuhnya. Bagaimana bisa kau hidup seperti ini?”

Ah Reum ikut menangis melihat kakaknya menangis, ia berusaha membela kakaknya. “Itu benar ayah kakak menerima telepon.” 
 
 
Han Tae Joon murka dan membentak menyurh kedua anaknya diam sambil membanting ponsel Jung Woo. Melihat kemurkaan ayahnya tangis Ah Reum semakin keras karena ketakutan. Mi Ran masuk ke ruang kerja suaminya ia langsung memeluk putrinya. Han Tae Joon menyuruh istrinya memanggilkan dokter Kim agar membawa Jung Woo ke rumah sakit. Mi Ran mengerti ia akan melakukanya. Mi Ran keluar dari ruang kerja suaminya sambil memeluk Ah Reum yang terus menangis. 
 
 
Jung Woo menatap ponsel yang dibanting ayahnya, kemudian ia menoleh menatap ayahnya. “Sejak awal ayah tak mencoba untuk mencari Soo Yeon kan? Sejak awal ayah tak ingin mencarinya kan? Janji kalau ayah akan menemukan Soo Yeon itu semua bohong kan?” Jung Woo meninggikan suaranya, “Meskipun Soo Yeon masih hidup, ayah tak ingin menemukannya kan?” 
 
Han Tae Joon membenarkan ucapan putranya, “Benar. Kenapa aku harus mencarinya? Putri seorang pembunuh, kenapa aku harus terlibat dengan orang-orang sampah itu? Apa kau pikir aku membiarkanmu tinggal disini agar menjadi seperti ini?”

Han Tae Joon memberikan Jung Woo kesempatan terakhir lebih baik Jung Woo segera mengemasi barang-barang dan berangkat ke Amerika. 
 
 
Jung Woo menatap marah ia memungut ponselnya dan berdiri di depan ayahnya, “Ayah. Kau bilang kau hanya percaya padaku kan?”

Han Tae Joon : “Itu benar, aku tak percaya siapapun. Han Jung Woo, aku hanya percaya padamu.”

Jung Woo : “Jangan percaya padaku. Karena sekarang aku tak percaya pada ayah.” 
 
 
Jung Woo meninggalkan ruang kerja ayahnya, ia mengabaikan panggilan ayahnya. Jung Woo ke kamarnya mengambil buku harian Soo Yeon dan keluar dari rumah. Han Tae Joon menyuruh putranya berhenti, ia mengancam kalau Jung Woo meninggalkan rumah sekarang Jung Woo tak akan bisa kembali lagi. Tapi Jung Woo tak peduli, ia terus berjalan keluar mengabaikan ancaman ayahnya. 
 
 
Di depan pagar rumahnya Jung Woo berhenti dan menoleh ke arah rumah yang akan ia tinggalkan. Ia sudah mengambil keputusan dan berlari menuju suatu tempat.
 
 
Di kantor polisi Detektif Kim ngamuk-ngamuk. Ia mengancurkan beberapa perlengkapan kantor seperti komputer dan yang lainnya. 
 
 
Atasan Detektif Kim datang dan marah-marah melihat kelakuakn detektif Kim. Ia meninggikan suaranya tak mengerti kenapa Detektif Kim ngamuk seperti ini bukankah hasil penyelidikan sudah keluar, kenapa Detektif Kim bersikap seperti ini karena kasus ini sekarang dibawa ke kejaksaan bukan ditangan kepolisian lagi. Kasus Lee Soo Yeon sudah selesai kata kapten polisi. 
 
 
Detektif Kim ikut mengeraskan suara mengatakan kalau masalah ini belum dimulai apa maksud atasannya dengan mengatakan kalau ini sudah selesai. Apa atasannya ini menangani kasus ini dengan baik. Apa atasannya ini ingin melihat hasil yang sebenarnya. 
 
 
Detektif Kim kembali mengamuk menghancurkan komputer dan ini jelas membuat atasannya makin marah, “Hei Kim Sung Ho kau dipecat!” bentak atasan Detektif Kim. 
 
 
Detektif Kim menendang kursi ia membuang pistol dan tanda pengenalnya, ia juga melempar surat pengunduran dirinya, “Aku berhenti menjadi detektif karena aku merasa malu. Kalau tersangka berkata ‘aku membunuhnya’ apa itu berarti korban benar-benar mati? Bukti, keadaan dan petunjuk kasus, apa itu tak ada gunanya? Kalau dia mengatakan dia membunuh Soo Yeon apa itu berarti Soo Yeon mati? Apa Soo Yeon berarti sudah mati? Yang mengatakan kalau Soo Yeon sudah mati silakan maju.” Bentak detektif Kim. “Maju kalian semua.”

Semuanya diam.

Detektif Kim : “Orang yang tahu kebenaran tapi mengabaikannya itulah orang yang lebih buruk, kalian semua tak berhak meminta maaf pada Soo Yeon. Aku akan menemukan Soo Yeon. Aku akan memastikan menemukannya dan menunjukannya di depan kalian.” 
 
 
“Paman...?” Jung Woo sampai di kantor polisi dengan nafas terengah-engah karena lari dari rumah. 
 
 
Di hadapan detektif Kim, Jung Woo menangis mengatakan kalau Soo Yeon masih hidup. Detektif Kim ikut menangis dan berkata kalau ia tahu itu, ia juga meyakini hal yang sama. “Dia benar-benar masih hidup.” ucap Jung Woo sambil menangis. “Aku tahu itu.” ucap Detektif Kim dengan air mata yang tak tertahan lagi. 
 
 
Jung Woo berlutut sambil menangis ia memohon agar Detektif Kim menemukan Soo Yeon. “Paman, aku percaya padamu. Paman, aku percaya pada kalian semua!” Jung Woo menatap semua detektif yang ada di ruangan itu. 
 
 
“Kalian bisa menemukannya kan? Kumohon temukan dia. Aku harus mengatakan sesuatu pada Soo Yeon. Tolong temukan dia. Soo Yeon, Soo Yeon, aku merindukannya.” Detektif Kim menepuk pundak Jung Woo yang menangis dan memeluknya. 
 
 
Keadaan Lee Soo Yeon benar-benar terpuruk, ia hanya bisa duduk diam meratapi nasibnya. Hyung Joon setia berada di samping menguatkannya. Hyung Joon terus mengganggam tangannya. 
 
 
Jung Hye Mi bertanya pada Hyung Joon mau pergi tidak. Hyung Joon bimbang ia tak bisa eninggalkan Soo Yeon disini dalam keadaan seperti ini.

Hye Mi menarik paksa kalung Hyung Joon hingga lepas dari leher Hyung Joon. “Demi ibumu aku sudah berbuat banyak untukmu. Kau yang menyebabkan semua ini. jangan membenciku.” Hye Mi akan meninggalkan Hyung Joon dan Soo Yeon disana dengan membawa tas besar yang berisi uang. 
 
 
Hyung Joon berkata kalau kalau kalung itu tak ada gunannya, “Kau hanya bisa mendapatkan uangnya setelah aku berusia 18 tahun. Ibu bilang tanpa aku uang itu tak bisa dicairkan.”

Hyung Joon mengancam kalau Soo Yeon tak ikut pergi dengannya ia juga tak akan pergi. Hye Mi menjatuhkan tasnya tak jadi pergi. 
 
 
Hyung Joon menatap Soo Yeon yang dari tadi hanya diam saja. Ia mengambil koran dan menunjukan berita yang dimuat disana, “Mereka bilang kau sudah mati. Kalau kau tak percaya bacalah!” Soo Yeon diam saja.  

Hyung Joon : “Dasar bodoh. Kau harus bangun supaya kau bisa ikut dengan kami. Foto ini benar kau kan? Lee Soo Yeon, benar kan? Lihat dengan baik. Disini tak ada nama Han Jung Woo. Apa sekarang kau mengerti kenapa Jung Woo menutup teleponnya. Dia tak menunggumu, dia bahkan tak mencarimu.” 
 
 
Soo Yeon menatap fotonya di koran yang memberitakan kalau ia sudah meninggal.

Soo Yeon menitikan air mata, “Tidak....” Soo Yeon tak setuju anggapan Hyung Joon kalau Jung Woo mengabaikannya.

Hyung Joon : “Lalu kenapa kau disini. Dia mengabaikanmu,”

“Tidak...” jerit Soo Yeon sambil menangis. 
 
 
 
Hyung Joon kembali mengatakan kalau Jung Woo sudah menelantarkan Soo Yeon, “Kalau dia tak datang meski kau telah menunggunya itu berarti dia memang telah menelantarkanmu.” 
 
 
Soo Yeon menjerit sekencang-kencangnya memukuli dirinya sendiri dan teringat kejadian buruk yang ia alami. Bahkan Jung Woo meninggalkannya disaat-saat terburuk dalam hidupnya. Hyung Joon ikut menangis melihatnya.

To Be Continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar