Welcome to Dinda Regina Violita's Blog

Senin, 26 November 2012

Sinopsis Drama Korea I Miss You/Missing You Episode 1-20

ReadMore »»  

Sinopsis Drama Korea I Miss You/Missing You Episode 1

Musim Panas 1997


Lee Soo Yeon (Kim So Hyun) berjalan menunduk ketika ia pulang dari sekolah. Terdengar suara gonggongan anjing yang membuatnya celingukan kesana kemari. Ia tetap tetap menunduk dan rambut panjangnya terurai menutupi wajah cantiknya.

Soo Yeon masuk ke rumahnya tapi sekali lagi ia melirik ke arah suara anjing yang menggonggong. Ia masuk ke rumahnya dan masih dengan wajah yang menunduk. Langkahnya terhenti katika ia mendengar ada yang pecah dari dalam rumahnya.


Soo Yeon perlahan membuka pintu kamar mencari ibunya. Tapi tiba-tiba ada yang membekap mulutnya. Siapa? Ayahnya. Ayah Soo Yeon meminta putrinya diam. Ia bertanya apa di luar ada orang. Soo Yeon menggeleng dalam bekapan ayahnya.


Ayah Soo Yeon membanting Soo Yeon ke lantai. Soo Yeon gemetaran ketakutan, ayahnya kembali menatap menggancam bahwa Soo Yeon akan mati kalau berbohong padanya. Ayah Soo Yeon bertanya sambil mengancam akan menampar, “Dimana ibumu?”


Soo Yeon menangis ketakutan, “Aku minta maaf. Aku salah.” Ayahnya kembali mengancam apa Soo Yeon mau dipukuli dulu sebelum bicara, ayahnya kembali bertanya dimana ibu.

Soo Yeon mundur ketakutan dan menjawab dengan nada suara gemetaran kalau ia tak tahu dimana ibunya. Ayah hilang kesabaran dan kembali mendorong Soo Yeon hingga tersungkur. Ayah mengambil selimut dan menutupi tubuh Soo Yeon.


Terlihat seorang wanita dengan tangan gemetaran mengintip dari luar jendela. Itu ibu Soo Yeon, ia mendengar jeritan putrinya. Apa yang terjadi pada Soo Yeon sampai dia menjerit.


Ternyata Soo Yeon dipukuli dan diinjak oleh ayahnya. Soo Yeon berteriak kesakitan dibalik selimut. Ayah dengan kejam terus menginjak Soo Yeon. Soo Yeon berteriak kesakitan.

“Sakit? Keadaan lebih baik kalau kau tak ada.” Ayah terus menginjak dan menendang Soo Yeon, ia terus bertanya dimana Ibu Soo Yeon berada.

Ibu gemetaran ketakutan mendengar kemarahan suaminya. Ia mengendap-endap pergi dari sana menghindari kemarahan suaminya.

Ayah Soo Yeon sepertinya sudah lelah menyiksa putrinya. Ia minum soju untuk melampiaskan kemarahannya. Soo Yeon masih terdiam dibalik selimut.


Tiba-tiba seorang pria datang, dia seorang polisi. Detektif Kim Seung Ho. “Lee Tae Soo!” panggil Detektif Kim pada ayah Soo Yeon. Lee Tae Soo (ayah Soo Yeon) terkejut melihat kedatangan si polisi. Ia melempar botol soju ke arah Detektif Kim dan tepat mengenai kepala Detektif Kim. Kepala Detektif Kim langsung mengeluarkan darah, ia marah dan menendang ayah Soo Yeon yang akan kabur.


Ayah Soo Yeon melawan ia mengambil kunci inggris sebagai senjata tapi Detektif Kim tak mudah dilumpuhkan. Sebaliknya, ayah Soo Yeon lah yang dengan mudah dilumpuhkan oleh Detektif Kim. “Lee Tae Soo kau ditahan atas kasus pembunuhan.” Ucap Detektif Kim memborgol tangan ayah Soo Yeon. Beberapa polisi masuk membawa ayah Soo Yeon. Ayah Soo Yeon meronta dan bilang kalau ia tak membunuhnya.


Detektif Kim merasakan sakit di kepalanya. Ia melihat sekeliling dan terkejut melihat gundukan yang ada di bawah selimut, ia pun membukanya. Detektif Kim mencoba membangunkan Soo Yeon yang setengah tak sadarkan diri. Soo Yeon bergumam, aku salah aku salah dengan suara gemetaran dan ketakutan.


Di luar rumah sudah ramai orang berkumpul yang menginginkan ayah Soo Yeon segera ditangkap. Pihak keluarga korban marah terhadap ayah Soo Yeon tapi polisi mengamankan pelaku dari amukan massa.


Ibu Soo Yeon mengendap-endap akan masuk ke rumahnya. Di depan rumahnya ia berpapasan dengan Detektif Kim yang menggendong Soo Yeon. Ibu Soo Yeon berkata bukankah ia sudah bilang untuk menangkap suaminya diam-diam, bagaimana ia bisa tinggal di daerah ini sekarang.

Detektif Kim berkata kalau Soo Yeon terluka. Ibu Soo Yeon bilang kalau luka yang didapat putrinya itu tak akan membunuhnya. Ia pun segera masuk ke rumah. Detektif Kim memanggil ibu Soo Yeon. Ibu berkata kalau Detektif Kim khawatir dengan putrinya lebih baik bawa saja dan besarkan dia. Detektif Kim menghela nafas panjang.

Musim Gugur 1998 di Amerika


Han Jung Woo (Yeo Jin Go) bermain rugby, ia berlari membawa bola menghindari hadangan lawan. Tapi salah seorang lawan menjatuhkannya. Jung Woo meringis kesakitan.


Seseorang datang memanggil Jung Woo memberi tahu kalau ayah Jung Woo datang. Jung Woo langsung melepas penutup kepalanya. Ia tersenyum senang mendengar kedatangan ayahnya.

Jung Woo kembali ke asramanya (hmm sepertinya asramanya deh) tapi apa benar ayahnya yang datang ternyata bukan. Senyum ceria Jung Woo menghilang ketika ia tahu siapa yang datang, sepertinya ini asisten ayahnya.


Asisten ayahnya berkata kalau Jung Woo sekarang terlihat seperti seorang pria. Jung Woo bertanya dimana ayahnya. Asisten menjawab kalau ayah Jung Woo sibuk dengan pekerjannya.


Asisten ayah memberikan formulir Ivy Leageu Camp tour. Ia menyuruh Jung Woo untuk melihat-lihat daftar nama universitas. Ia ingin Jung Woo memutuskan universitas mana yang Jung Woo inginkan. Jung Woo bilang kalau ia bukan anak jenius. Ia belum bisa masuk universitas karena usianya masih 15 tahun.

Asisten berkata kalau Nyonya yang meminta dirinya melakukan itu. Ia berharap Jung Woo bisa mencari beberapa teman saat masuk universitas nanti. Jung Woo heran dan bertanya apa ayahnya masih hidup. Ia menyuruh asisten ayahnya menyampaikan pada Nyonya bahwa ia akan menikmati tour ini.


Di sebuah bandara terlihat beberapa mobil datang. Asisten ayah Jung Woo telah kembali ke Korea. Mobil itu berhenti. Asisten ayah Jung Woo memberi hormat pada seorang wanita yang berada di dalam mobil. Wanita ini istri Han Tae Joon yang bernama Hwang Mi Ran. Han Tae Joon adalah ayah Jung Woo.


Asisten berkata kalau wartawan juga akan datang kenapa Nyonya tidak menunggu di rumah saja. Hwang Mi Ran berkata kalau sudah enam bulan berlalu dari terakhir kali ia melihat suaminya. Ia mengajak semuanya berangkat sebelum mereka terlambat.


Seseorang membawa boneka beruang besar mendekati mobil itu, Han Jung Woo. Ia bertanya ia akan naik mobil yang mana. Si asisten terkejut melihat Jung Woo ada di sebelahnya. Bahkan Hwang Mi Ran pun terkejut melihat putranya. Hwang Mi Ran tanya apa yang Jung Woo lakukan. Jung Woo ikut masuk ke mobil Hwang Mi Ran sambil membawa boneka beruangnya.


Hwang Mi Ran berkata kalau ada hal-hal tertentu yang tak ingin dikatakan orang tua kepada anaknya. “Kau harusnya tahu ada alasan tertentu kenapa Ibu tak meneleponmu. Anak cerdas sepertimu bagaimana bisa kau tak menyadari hal seperti ini?”


Jung Woo melihat-lihat keluar jendela mobil, tiba-tiba tatapannya tertuju pada satu arah. Ia melihat seorang berdiri sendirian menunggu seseorang dengan wajah tertunduk dan rambut yang menutupi wajahnya. Ya itu Lee Soo Yeon. Jung Woo menatap penasaran. Dimanakah itu, ternyata itu di depan penjara. Banyak wartawan yang sudah menunggu disana.


Asisten ayah Jung Woo menyuruh Hwang Mi Ran tetap berada di mobil saja. Tapi Mi Ran bertanya apa ia sudah berbuat dosa untuk apa ia berdiam diri di dalam mobil katanya sambil memakai kacamata hitamnya. Tapi sebelum itu ia mengajak Jung Woo keluar juga. Ia yakin kalau ayah Jung Woo akan senang melihat Jung Woo. Tapi asisten ayahnya menyuruh Jung Woo tetap di dalam mobil.


Seperti para kebanyakan istri para pejabat yang menjenguk suaminya di penjara, Hwang Mi Ran menutupi wajahnya agar tak terekspos wartawan. Beberapa kamera mengarah padanya dan berbagai pertanyaan keluar dari mulut para wartawan.


Jung Woo menatap heran. Ia bosan berada di dalam mobil, ia melihat sekeliling dan kembali pandangannya tertuju pada seorang gadis yang berdiri terdiam.

Jung Woo membuka kaca mobilnya penasaran ingin tahu siapa gadis yang selalu menunduk dan wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya. Rambut Lee Soo Yeon bergerak ditiup angin. Jung Woo penasaran ingin melihat dengan jelas wajah Soo Yeon.


Han Tae Joon pun keluar dengan kursi roda dalam keadaan lemas. Wartawan memberondong dengan berbagai pertanyaaan.


Jung Woo melihat ayahnya dalam kondisi yang tak baik, ia pun berlari keluar menghampiri ayahnya yang akan masuk ke mobil ambulans. Jung Woo ikut masuk ke mobil ambulans. Mobil ambulans pun meninggalkan kantor polisi melewati Soo Yeon yang masih berdiri diam disana.


Tiba-tiba Ibu Soo Yeon datang menghampiri Soo Yeon sambil berkata semuanya telah berakhir.


Soo Yeon melihat dari kejauhan ada tahanan meninggal yang masuk ke mobil ambulans, ya ayah Soo Yeon meninggal, dia sudah dieksekusi.


Di dalam mobil ambulans, Han Tae Joon bangun. Ternyata dia tak sakit sama sekali, sehat walafiat. Ia bertanya kenapa Jung Woo ada disini, bagaimana dengan sekolah. Jung Woo berkata kalau ia sudah lama tak bertemu dnegan ayahnya, ia minta maaf karena bolos sekolah.

Hwang Mi Ran menggenggam tangan Jung Woo dan berkata kalau ia yang salah jadi ia harap suamianya tak memarahi Jung Woo. Han Tae Joon meminta istrinya jangan memperlakukan Jung Woo seperti anak kecil karena Jung Woo sudah berusia 15 tahun, dia sudah dewasa.

Hwang Mi Ran berkata itulah maksudnya ia ingin Jung Woo tahu apa yang terjadi di rumah sekarang. “Dia adalah putra tunggal kita.” kata Mi Ran. Han Tae Joon menyuruh asistennya untuk mengembalikan Jung Woo ke Amerika. Ia juga meminta mobilnya dihentikan, istrinya bertanya mau kemana.

Hae Tae Joon ke rumah ayahnya (Kakek Jung Woo)

Di rumah itu terdengar suara anjing mengonggong. Terdengar juga suara teriakan seorang wanita yang tak setuju suaminya dibawa ke rumah sakit. Wanita itu adalah Kang Hyun Joo, istri Kakek Han ayahnya Han Tae Joon.

Si Asisten menahan tubuh Hyun Joo. Hyun Joo berkata kalau suaminya dibawa sekarang dia pasti akan mati. Seorang perawat yang bernama Jung Hye Mi datang menenangkan Hyun Joo. Asisten berterima kasih pada perawat Jung Hye Mi, ia memberikan sebuah amplop yang berarti kalau kerja Hye Mi hanya sampai disini saja. Asisten meminta perawat Jung agar istirahat untuk sementara waktu. Perawat Jung Hye Mi pun segera pergi setelah menerima amplop.


Kang Hyun Joo melihat disana ada Han Tae Joon. Ia mengancam bahwa ia akan memanggil polisi, kalau tejadi sesuatu pada suaminya Han Tae Joon akan manjadi seorang pembunuh.

Han Tae Joon bertanya apa kali ini Hyun Joo akan menyingkirkannya sebagai pembunuh. Hyun Joo tanya apa yang Han Tae Joon bicarakan. Han Tae Joon balik bertanya apa Hyun Joo tahu bagaimana perasaannya sekarang, “Aku merasa digigit oleh anjing terlatih. Anjing seharusnya hanya memakan apa yang diberikan padanya. Bukan menggigit pemiliknya.” Terlihat dia ekor anjing di luar dibawa ke suatu tempat.

Han Tae Joon bertanya dimana uang yang Hyun Joo curi setelah menyingkirkannya. Hyun Joo berkata kalau ini tentang uang lebih baik tanyakan sendiri pada Ayah Tae Joon alias suami Hyun Joo. Ia minta Tae Joon berhenti memperlakukannya seperti anjing. “Aku adalah orang yang melahirkan anak dari ayahmu.”

“Itu sebabnya demi anakmu kau sebaiknya tak membuatku marah.” Tae joon terlihat mengancam Hyun Joo. Hyun Joo terkejut, Han Tae Joon menyuruh Hyun Joo segera pergi karena ia yakin anak Hyun Joo belum mati.

“Joon...” sebut Hyun Joo mengkhawatirkan anaknya. Ia langsung berlari keluar menemui anaknya.

“Joon...” teriak Hyun Joo mencemaskan anaknya. Ia berlari ke rumah kecil yang ada di sana.


Hyun Joo berlari menjauhi tapi anjing-anjing itu malah mengejarnya. Hyun Joo jatuh tersungkur dan terdengarlah suara tembakan. Siapakah yang tertembak.



Ternyata Han Tae Joon menembak salah satu anjing yang terus menggonggong. Ia pun bertanya menurut Hyun Joo kira-kira siapakah selanjutnya yang akan menjadi mangsa senapannya. Ia membantak bertanya dimana uangnya. Hyun Joo tak takut ia bertanya apa yang Tae Joon lakukan terhadap Hyung Joon. Ia akan melawan tapi anak buah Han Tae Joon menahan dan membawanya pergi.


Asisten masuk ke rumah itu tapi tak berapa lama kemudian ia keluar memberi tahu kalau anak itu (Hyung Joon) tak ada di rumah. Han Tae Joon melihat kaca jendela di rumah itu pecah dan ada noda darahnya. Sepertinya Hyung Joon kabur. Han Tae Joon memerintahkan asistennya untuk menemukan Hyung Joon.



Seorang anak berjalan tertatih menyeret kakinya yang terluka, apa ini Hyung Joon yang dimaksud. Ia berjalan sekuat tenaga menahan kakinya yang sakit.


Ia berhenti sejenak dan menatap kalung yang dikenakannya. Ada tulisan dibalik kalung itu. “Ibu...” sebutnya. Kemudian ia mendengar suara anjing mengonggong ia pun segera berjalan cepat.


Tapi tiba-tiba ada yang membekap mulut Hyung Joon.


Soo Yeon berada di tepi sungai bersama ibunya yang tengah menabur abu ayahnya. Apa Soo Yeon ikut menaburkan abu ayahnya, tidak. Ia duduk di tepi sungai sambil memainkan gelombang air dan bergumam, “datang.. tidak datang,”

Ibu selesai menabur abu suaminya dan berkata kalau Soo Yeon sudah banyak menderita selama berusaha melarikan diri jadi sekarang Soo Yeon istirahat saja. Ibu menyuruh Soo Yeon mengucapkan sesuatu untuk mendiang ayah, “Kau harus mendoakannya agar jiwanya tenang.”

Tapi Soo Yeon diam saja ia malah melempar batu ke sungai. Ibu kembali menyuruh Soo Yeon untuk mengucapkan sesuatu agar ayah Soo Yeon bisa pergi dengan tenang.


“Sekarang, ayah tak akan pernah kembali lagi kan Bu?” Tanya Soo Yeon. Soo Yeon menatap ibunya dengan tatapan sedih, “Sekarang sudah benar-benar berakhir kan?”


Ibu melempar tempat abu, “Lihat. Apa kau tak mengerti hanya dengan melihat ini?” Ibu menatap jauh ke depan dan berteriak, “Kau pantas mendapatkannya. Betapa mengerikannya untuk anakmu sendiri sampai dia mengatakan sesuatu seperti itu? aku tak akan tidur karena aku takut melihatmu dalam mimpiku. Aku takut bertemu denganmu di akhirat setelah aku mati nanti. Jadi aku tak akan mati dan akan hidup disini seribu tahun lagi.” ibu menangis meraung-raung. Kata-kata itu ia tujukan untuk suaminya.


Detektif Kim datang melihat dari kejuhan. Ia merasa kasihan dengan keluarga ini ataukah ada sesuatu yang ia ketahui dan ingin mengungkapkannya.


Soo Yeon dan ibunya berada di rumah makan. Ibu Soo Yeon minum-minum dan mabuk. Ibu bilang kalau mereka merayakan ulang tahun yang kedua karena ayah Soo Yeon yang mengerikan itu sudah tak ada lagi. Mereka berdua bisa memulai hidup baru. Ia menyuruh putrinya mengangkat gelas agar minum bersamanya.


Soo Yeon melihat sekeliling. Terdengar kasak-kusuk orang yang makan disana. Mereka membicarakan ayah Soo Yeon, “Kudengar Lee Tae Soo dieksekusi kemarin. Aku senang dia sudah mati, itu putrinya kan? Bagaimana bisa dia membunuh anak orang sementara dia sendiri punya anak?”


Ibu menyuruh Soo Yeon makan dan cepat besar agar bisa mencarikan uang untuknya. Ia menyuruh putrinya tak perlu pindah sekolah untuk menghindari ayah yang sudah tak ada jadi Soo Yeon harus bekerja keras dan rajin belajar.


Soo Yeon diam. Ibu malah memukulkan sendok ke kepala Soo Yeon. Ibu membentak menyuruh Soo Yeon mengatakan sesuatu jangan hanya bergumam saja. “Setelah semua yang telah kulakukan untuk membesarkanmu dan tidak menelantarkanmu. Hei kalau bukan karena kau, aku akan menyembunyikan diri dan hidup tanpa perlu dipukuli sepanjang waktu.”

Ibu Soo Yeon menuangkan soju lagi tapi Soo Yeon berusaha mencegahnya. Ia menyuruh ibunya berhenti minum. Ibu berteriak Soo Yeon jangan mengganggunya. Semua pengunjung rumah makan itu tak nyaman dengan teriakan ibu Soo Yeon.

Terdengar kembali kasak-kusuk pengunjung disana, “Aku tak percaya, dia disini minum seperti itu.”


Ibu berdiri menatap marah pengunjung yang menggunjingkan dirinya, “Apa yang kalian lihat? Apa kalian pikir kalau ini adalah pertunjukan? Apa kalian tak membaca koran? Pembunuh terkenal itu sekarang sudah mati.”

Soo Yeon meminta ibunya tenang tapi ibu Soo Yeon malah mendudukkan putrinya dengan kasar. Ibu kembali membentak Soo Yeon agar berhenti bersikap seperti itu, “Apa kau yang membunuhnya? Apa aku yang membunuhnya?” Ibu Soo Yeon kembali meminum sojunya. Soo Yeon menatapnya sedih.


Han Jung Woo tak bisa tidur. Sudah jam setengah tiga dini hari. Ia pun memutuskan keluar untuk mencari udara segar.


Jung Woo berjalan-jalan sambil menggumamkan perkalian, 4 x 9 = 36, 4 x 8 = 32, 4 x 7 = 28, 4 x 6 =

Belum sempat Jung Woo melanjutkan gumaman perkaliannya tiba-tiba ia mendengar dernyit suara yang membuatnya keget. Ia terdiam dan terdengarlah dernyit suara itu lagi


Jung Woo melihat sekeliling penasaran bunyi apa itu. Ia pun bersiaga dengan kepalan tangannya siapa tahu ada penjahat yang lewat. Ia berusaha mencari tahu sambil tetap menggumamkan perkalian.


Jung Woo pun menemukan sumber suara itu berasal dari mana, taman bermain. Jung Woo melihat ada seorang gadis yang duduk di ayunan. Ternyata dernyit suara itu berasal dari ayunan. Jung Woo terkejut melihat gadis itu yang tak lain adalah gadis yang ia lihat di depan kantor polisi, ya itu Lee Soo Yeon.



Jung Woo pun menghampiri Soo Yeon, ia duduk di ayunan tepat di sebelah Soo Yeon. Soo Yeon jelas terkejut ada orang yang mendekatinya.


“Jadi seperti itu wajahmu.” sahut Jung Woo melihat wajah cantik Soo Yeon. Soo Yeon langsung berdiri akan pergi tapi Jung Woo meminta Soo Yeon jangan pergi karena ia tak bermaksud mengganggu.


Jung Woo bertanya apa Soo Yeon tinggal disekitar sini. Ia memberi tahu kalau ia juga tinggal di sekitar sini. Soo Yeon diam saja atau lebih tepatnya menatap Jung Woo dengan tatapan heran, kenapa ada orang yang mengajak bicara dirinya. Jung Woo membaca papan nama Soo Yeon. Ia pun memperkenalkan namanya Han Jung Woo berusia 15 tahun. Soo Yeon masih terdiam heran.

Jung Woo jadi bingung kenapa Soo Yeon diam saja padahal dari tadi ia terus ngoceh. Ia berdiri menghampiri Soo Yeon, “Apa mungkin, kau bisu?” tebak Jung Woo. Soo Yeon menggeleng. Jung Woo terus bertanya kalau begitu kenapa diam saja.

Soo Yeon menunduk dan bertanya apa Jung Woo tahu siapa dirinya. Jung Woo menatap tak mengerti. Soo Yeon berkata bukankah Jung Woo bilang kalau Jung Woo tinggal disekitar sini. Jung Woo masih tak mengerti haruskah ia tahu siapa Soo Yeon. “Apa kau terkenal? Apa kau muncul di TV? Apa kau seorang artis?”


Soo Yeon diam saja. Jung Woo makin penasaran. Tapi disaat bersamaan keduanya dikejutkan dengan lewatnya pasangan suami istri. Dimana sang istri marah-marah pada suaminya karena mabuk.


Jung Woo tertawa melihat pemandangan ini, ia pun menoleh pada Soo Yeon tapi gadis ini sudah tak berada disampingnya lagi. Kemana Soo Yeon. Jung Woo celingukan.


Soo Yeon memutuskan untuk pulang, ia masih tak mengerti kenapa ada orang yang mengajak bicara dengannya.

Terdengar suara Jung Woo memanggilnya, “Hei seragam merah!”

Soo Yeon berhenti sejenak.

“Gadis populer!” terdengar teriakan Jung Woo lagi.

Soo Yeon mengabaikannya dan kembali berjalan.

“Lee Soo Yeon!” panggil Jung Woo.

Langkah Soo Yeon terhenti Jung Woo memanggil namanya. Ia jelas terkejut mendengar namnya dipanggil oleh orang lain.

“Lee Soo Yeon!” Jung Woo memanggil lagi.


Soo Yeon berbalik kembali ke taman bermain. Tapi ia tak melihat Jung Woo. Ia celingukan. Ia tertunduk kecewa tapi tiba-tiba terdengar suara Jung Woo yang berdiri diatas perosotan bertanya ada apa, “Aku tak tahan tidak mengetahui sesuatu. Siapa sebenarnya kau?”


Soo Yeon kembali diam. Jung Woo makin penasaran ia turun dari perosotan dan menghampriri Soo Yeon, “Kalau begitu haruskah aku menebaknya?”

Soo Yeon mundur satu langkah ketika Jung Woo mendekat ke arahnya. Tiba-tiba hujan turun, Jung Woo langsung mencari tempat untuk berteduh. Tapi Soo Yeon diam saja membiarkan dirinya basah terkena hujan.


Jung Woo berlindung di bawah perosotan. Ia melambaikan tangan pada Soo Yeon, “Kemarilah!” kata Jung Woo mengajak Soo Yeon berteduh. Tapi Soo Yeon diam saja.

“Tunggu sebentar!” Soo Yeon pergi pulang. Sampai di rumah Soo Yeon langsung melepas sepatunya begitu saja, ibunya sudah tertidur karena mabuk.


Soo Yeon mencari-cari sesuatu, sambil mencari ia memberi tahu ibunya kalau ia bertemu dengan anak aneh, “Katanya dia tinggal di sekitar sini tapi dia tak tahu siapa aku. Dia terus bicara padaku. Lee Soo Yeon. Dia terus memanggil namaku. Bukan nomor 27 tapi Lee Soo Yeon. Dia memanggilku dengan menyebut namaku. Dia bilang namanya Han Jung Woo. Han Jung Woo.” Soo Yeon tersenyum mengeja nama Jung Woo.


Ibu menggeliat dan tanpa sengaja menendang kaki Soo Yeon hingga gadis ini terjatuh, tapi ia beruntung karena apa yang ia cari akhirnya ketemu. Sebuah payung kuning. Ia pun segera mengambilnya.


Jung Woo terjebak hujan deras ia tak bisa kemana-mana, ia hanya bisa berdiam diri menunggu hujan reda dengan berteduh di bawah perosotan. Tiba-tiba Soo Yeon datang membawakan payung.

Soo Yeon menyerahkan payung itu pada Jung Woo. tapi Soo Yeon sendiri basah kuyup karena hujan. Ia meminta Jung Woo memakai payung ini saat Jung Woo pulang, “Pakai ini agar kau tidak kebasahan.”


Jung Woo heran bagaimana mungkin Soo Yeon menyerahkan payung milik Soo Yeon padanya padahal Soo Yeon sendiri kehujanan dan basah kuyup. Soo Yeon bilang tak apa-apa karena ia terlanjur kebasahan, ia juga tak takut pada hujan.


Jung Woo pun menerima payung itu dan berterima kasih. Ia berjanji akan mengembalikannya besok. Soo Yeon bertanya apa Jung Woo akan kembali lagi ke tempat ini besok. Jung Woo bilang kalau ia harus mengembalikan payung ini jadi ia akan datang lagi. Jung Woo tersenyum, Soo Yeon berusaha membalas senyum Jung Woo tapi ia sepertinya sangat sulit untuk tersenyum.


Jung Woo pun pulang dengan perlindungan dari payung Soo Yeon. Tapi apa yang terjadi ternyata angin bertiup dan menyebabkan besi kait pada payung itu lepas. Jung Woo berusaha menahannya tapi sayang angin bertiup lumayan kencang, ia pun basah kuyup kehujanan.


Jung Woo menengadahkan wajahnya dan menikmati hujan. Ia bergumam ternyata basah kuyup begini tak terlalu buruk. Jung Woo pun membiarkan dirinya basah kuyup karena hujan.


Keesokan harinya Soo Yeon dengan semangat akan ke taman bermain tempat janjiannya bersama Jung Woo. Ia pamit pada ibunya, ibu memanggilnya menatap heran. Soo Yeon tanya ada apa. Ibu makin heran dengan sikap Soo Yeon, ia ingin apa Soo Yeon minum-minum, “Kenapa kau begitu semangat pagi-pagi begini. Kau mau kemana?”


Soo Yeon mengatakan kalau ia akan bertemu dengan teman. Ibu Soo Yeon bilang bukankah Soo Yeon tak punya teman. Soo Yeon bilang kalau ini seseorang yang ia kenal. Soo Yeon pun pamit. Ibu berteriak menyuruh Soo Yeon cepat pulang. Soo Yeon lari-lari semangat.


Ketika ia berlari tiba-tiba ada yang melempar kaca dari dalam rumah hingga membuat kaca jendela itu pecah. Soo Yeon berhenti dan berbalik. Ia melihat serpihan kaca dan mangkuk yang jatuh.


Soo Yeon mengambil mangkuk itu dan menoleh ke arah jendela. Ternyata di dalam rumah itu ada seorang anak yang tengah dikurung. Anak itu mencoba melarikan diri tapi tak bisa karena jendela itu tak bisa dibuka. Soo Yeon mendekat dan menyapanya. Anak itu ketakutan dan manjauh dari jendela berlindung di balik selimut.


“Apa kau terluka?” tanya Soo Yeon. “Apa kau sendirian didalam? Apa tak ada orang dirumah?” anak itu menyembunyikan dirinya dibalik selimut. Soo Yeon melihat pintu rumah itu digembok.


Han Tae Joon mendapat laporan dari asistennya kalau Hyung Joon belum ditemukan. Ia kesulitan karena semalam hujan dan tak bisa menemukan jejak anak itu. Ia berjanji akan mencari anak itu lagi.


Asisten bertanya apa yang harus ia lakukan terhadap wanita itu (Hyun Joo) karena Hyun Joo terus menanyakan anaknya. Han Tae Joon menyuruh asistennya mengatakan pada Hyun Joon bahwa kita akan mengembalikan anaknya kalau dia memberi tahu dimana uang itu. Jadi ia meminta pada asistennya agar menemukan anak itu hidup atau mati. aistennya mengerti ia akan melakukannya.

Si Asisten mendapatkan telepon dari Dokter Kim. Ia tampak terkejut mendengar beritanya.


Hwang Mi Ran menerima telepon dari seseorang. Jung Woo turun dari tangga bersama adik kecilnya, Han Ah Reum sambil membawa boneka beruang. Ah Reum merengek ingin ikut kemana Jung Woo pergi tapi Jung Woo bilang kalau ia akan segera kembali jadi ia minta adiknya tetap di rumah dan bermain saja dengan boneka beruang. Tapi Ah Reum menolak ia tetap ingin ikut dengan kakaknya. Jung Woo meminta adiknya mengerti hanya untuk kali ini saja.

Hwang Mi Ran menutup teleponnya dan berkata pada Jung Woo kalau ia menduga kedatangan Jung Woo ini untuk melihat ayah Jung Woo, “Kau mau kemana?” tanya Mi Ran.

Jung Woo menunjukan payung kuning dan berkata kalau ia harus mengembalikan payung ini pada seseorang. “Ayah belum pulang kan?”


Hwang Mi Ran membenarkan, “Ayahmu belum pulang. Tapi kakekmu, dia baru saja meninggal!”


“Apa?” Jung Woo terkejut mendengar kabar kematian kakeknya.


Jung Woo terkejut mendengar kabar meninggalnya kakek. Hwang Mi Ran bertanya Kenapa Jung Woo begitu terkejut, bukankah Jung Woo belum pernah sekalipun bertemu dengan kakek.


Hwang Mi Ran meminta Ah Reum tetap di rumah dan bermain saja dengan boneka beruang. Ah Reum menjawab ya sambil cemberut...


Soo Yeon sampai di taman bermain tempat ia janjian bertemu dengan Jung Woo. Tapi ia belum melihat Jung Woo, Ia pun duduk berpindah-pindah sambil menunggu Jung Woo.

Lama Soo Yeon menunggu tapi Jung Woo tak kunjung datang. Ia pun duduk di bangku ayunan sambil mengeja nama Jung Woo, “Han Jung Woo.” ucapnya sambil memainkan genangan air menggunakan kakinya. “Dia datang, tidak datang, dia datang, tidak datang.” Soo Yeon kembali memainkan genangan air menerka apakah Jung Woo akan datang menemuinya atau tidak.


Jung Woo berada di rumah duka. Ia mewakili keluarganya menerima ucapan belasungkawa dari para tamu.


Hwang Mi Ran menerima telepon dari suaminya, ia berkata bukankah ia sudah bilang kalau dia (Hyun Joo) tidak akan bicara dengan mudah. Apa sebaiknya ia yang menemui Hyun Joo. Kalau ia mencoba meyakinkan antara wanita dengan wanita ia yakin bisa mengatasinya. Ia meminta suaminya tak perlu mengkahwatirkan keadaan di rumah duka. Ia berpesan pada suaminya agar jangan memaksakan diri.


Hwang Mi Ran selesai bicara dengan suaminya di telepon. Ia berbalik dan terkejut Jung Woo ada di belakangnya. Jung Woo tak mengerti bukankah tadi Hwang Mi Ran bilang kalau ayahnya pingsan. “Apa dia tak berada di rumah sakit?”


Hwang Mi Ran tak menjawab pertanyaan Jung Woo ia malah menyuruh Jung Woo tetap di tempat menerima ucapan belasungkawa dari tamu. Hwang Mi Ran mencoba bersikap baik pada Jung Woo dengan membetulkan letak dasi Jung Woo da berkata, “Ibu juga akan segera kesana.”

Jung Woo menyingkirkan tangan Hwang Mi Ran, “Bisakah kau berhenti berpura-pura menjadi ibuku saat ayahku tak ada disini? Dimana ayahku?”


Hwang Mi Ran berkata kalau ayah Jung Woo sekarang tak berada disini. Jung Woo kembali bertanya itulah sebabnya ia menanyakan alasannya kenapa ayahnya tak berada disini.

Mi Ran : “Apa kau bertanya karena kau benar-benar tak tahu? Menurutmu kenapa dia pergi ke panjara? Itu untuk melindungi uangnya.. uangnya. Hanya itu yang diketahui ayahmu."

Jung Woo meminta ibu tirinya ini jangan membicarakan ayahnya seperti itu. Hwang Mi Ran heran kenapa Jung Woo marah padahal yang ia lakukan hanya menjawab pertanyaan Jung Woo. Itu sebabnya ia tak bisa mengatakan apa-apa pada Jung Woo.


Mi Ran akan pergi dari hadapan Jung Woo tapi ia ingat satu hal, “Kalau kau tak menyukai aku menyebut diriku ibumu cepatlah pulang ke Amerika. Aku juga ingin menjalani hidupku tanpa harus melihatmu.”


Han Tae Joon mengunjungi Kang Hyun Joo di rumah sakit. Hyun Joo diam sambil memainkan selang infus. Han Tae Joon melihat kalau Hyun Joo ini tak terkejut mendengar meninggalnya Presdir (kakek). Ia mendengar kalau ayahnya memanggil nama Hyun Joo bahkan saat nafas terakhirnya. “Tapi kurasa kau masih tak memahami situasinya. Tak ada lagi yang bisa kau percaya apa kau ingin membusuk disini selama sisa hidupmu?”

Hyun Joo diam saja terus memainkan selang infus. Tae Joon menatap Hyun Joo dan bertanya apa Hyun Joo tak ingin melihat anak Hyun Joo lagi.


Hyun Joo tertawa, “Tak peduli sebarapa banyak kau membenci ayahmu. Melihat bagaimana kau terburu-buru kesini bukannya menghadiri pemakamannya kau pasti benar-benar putus asa. Hyung Joon-ku, kau tak tahu dimana dia kan? Han Tae Joon kalau kau ingin uangmu bawa kembali anakku!”


Han Tae Joon mengingatkan bukankah ia sudah bilang jangan pernah membuatnya marah. Hyun Joo menyela kalau ancaman itu tak mempan untuknya. Han Tae Joon tertawa remeh dan berkata kalau ia tak punya pilihan lain. Kalau ia tak bisa memiliki uangnya maka tak ada orang lain yang bisa memilikinya.


Han Tae Joon pun akan keluar dari ruang perawatan Hyun Joo. Hyun Joo berkata Presdir memberikan uang itu padanya. Han Tae Joon tak jadi keluar ruangan, Hyun Joo bilang kalau ia tak mencuri uang itu Presdir sendiri yang memberikan itu padanya. Itu terjadi karena Presdir tahu bagaimana kejamnya Han Tae Joon, Presdir memberikan uang itu padanya untuk melindungi Hyung Joon. “Kalau terjadi sesuatu pada Hyung Joon kau tak akan melihat uang itu sepeserpun.” Han Tae Joon menatap marah.


Han Tae Joon keluar dari ruangan diikuti oleh asistennya. Han Tae Joon berkata kalau anak itu (Hyung Joon) memiliki uangnya. Jadi ia harap asistennya mengerahkan segala cara untuk menemukan Hyung Joon. Asistennya mengerti.

Ada seorang perawat yang masuk ke ruang perawatan Hyun Joo. Perawat itu Jung Hye Mi yang sepertinya menyamar menjadi perawat rumah sakit.


Perawat Jung Hye Mi dan penjaga masuk. Hye Mi dengan sembunyi-sembunyi menyiramkan cairan ke tubuh Hyun Joo agar terkesan kalau Hyun Joo buang air kecil di tempat. Perawat Jung meminta izin pada penjagga agar meninggalkan ruangan sebentar karena ia harus mengganti pakaian Hyun Joo yang basah terkena air seni. Penjaga itu melihat untuk memastikan. Keduanya pun segera keluar.


Hyun Joo tahu kalau yang datang itu perawat Jung Hye Mi. Ia bertanya dimana Hyung Joon. Hye Mi mengatakan kalau Hyung Joon ada bersamanya. Hyun Joo bernafas lega setelah mendengarnya.

Hye Mi mengatakan kalau kaki Hyung Joon terluka, Hyun Joo terkejut mendengar putranya terluka. Hye Mi mengatakan kalau ia sudah melakukan apa yang ia bisa. Hyun Joo sangat mencemaskan putranya dan bertanya apa Hyung Joon masih hidup. Hye Mi menjawab ya, tapi ia tak tahu harus berbuat apa kalau Hyun Joo memberikan uang itu pada Han Tae Joon.


Hyun Joo memberi tahu Hye Mi kalau Presdir sudah meninggal jadi satu-satunya yang bisa mereka andalkan adalah uang itu. Kalau uang itu direbut oleh Han Tae Joon makan Han Tae Joon akan membunuhnya, Hyung Joon dan juga Hye Mi. Kita semua akan mati.


Hye Mi ketakutan ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Hyun Joo meminta Hye Mi melakukan apa yang ia katakan. Hye Mi menangis ketakutan apa yang bisa ia lakukan. Hyun Joo menyuruh Hye Mi untuk menculik putra Han Tae Joon.


Jung Woo kelelahan menerima ucapan belasungkawa dari tamu ia pun tertidur terduduk. Han Tae Joon datang dan melihat putranya tertidur karena kelelahan. Penjaga menyapa Han Tae Joon. Jung Woo yang mendengar langsung terbangun. Han Tae Joon menyuruh anak buahnya untuk membersihkan tempat ini.


Jung Woo bicara berdua dengan ayahnya. Han Tae Joon mengingatkan putranya agar jangan pernah melakukan apa yang Jung Woo inginkan tanpa izin darinya. Jung Woo tak mengerti maksud ayahnya. Han Tae Joon menjelaskan kalau Jung Woo jangan berhenti sekolah dan datang kesini hanya karena emosi sesaat Jung Woo.

Jung Woo minta maaf. Han Tae Joon berkata kalau Jung Woo hanya akan dimaafkan sekali saja. Jadi ia minta putranya mengingat itu. Jung Woo mengerti ia akan melakukannya. Han Tae Joon melihat ada yang aneh dengan sikap putranya ia bertanya apa ada masalah. Jung Woo bilang tak ada, ia baik-baik saja setelah melihat ayahnya. Ia bertanya apa ia boleh datang lagi selama liburan sekolah.

Han Tae Joon malah berkata kalau putranya tak ingin pergi lebih baik jangan pergi. Jung Woo kaget tapi ia senang mendengarnya. Ia bertanya apa ia bisa melakukan itu. Han Tae Joon berkata kalau ia ini berbeda dengan Kakek Jung Woo, ia tak percaya siapapun di sekitarnya. “Putraku Han Jung Woo, kau satu-satunya yang kupercaya.”


Ternyata Hwang Mi Ran (si ibu tiri Jung Woo) mendengar perbincangan ini. Ia menguping di depan pintu, terdengar suara Han Tae Joon berkata kalau Han Jung Woo dilahirkan sebagai putra Han Tae Joon adalah suatu berkah jadi ia berharap Jung Woo jangan mengecewakannya. Hwang Mi Ran sepertinya kecewa dengan keputusan suaminya ini.


Jung Woo melepas lelah dikamarnya ia melihat payung kuning milik Soo Yeon dan teringat janjiannya dengan Soo Yeon. Ia melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul 10 malam lebih.


Soo Yeon pulang ke rumah dengan perasaan kecewa karena Jung Woo tak datang. Ia pulang dengan wajah tertunduk. Soo Yeon menoleh ke belakang siapa tahu Jung Woo melintas tapi ia kembali kecewa karena ia tak melihat siapapun.


Soo Yeon menginjak pecahan kaca ia pun penasaran dengan anak yang dikurung di rumah itu. Soo Yeon melongokan kepalanya untuk melihat melalui jendela. “Hei..” panggil Soo Yeon, anak itu tidur menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.

“Apa kau sedang tidur?” tanya Soo Yeon. Anak itu yang kemungkinan adalah Hyung Joon diam saja. Tapi tidak diam saja Hyung Joon sepertinya terserang demam, wajahnya pucat dan tubuhnya sedikit menggigil.

“Apa kau sakit?” tanya Soo Yeon. Hyung Joon perlahan membuka matanya. Soo Yeon terus bertanya apa Hyung Joon baik-baik saja. “Kalau kau baik-baik saja lihat aku.” pinta Soo Yeon. “Kalau kau sedang tak tidur lihat aku!”

Hyung Joon menahan sakit, perlahan ia membalikan tubuhnya untuk melihat Soo Yeon. Soo Yeon terus bertanya apa Hyung Joon sudah makan.


Tiba-tiba ada yang menarik Soo Yeon, dia Jung Hye Mi. Hye Mi bertanya apa yang Soo Yeon lakukan. Soo Yeon berkata kalau ada anak di dalam rumah. Hye Mi memperingatkan agar Soo Yeon jangan ikut campur.

Hye Mi membuka gembok pintu, Soo Yeon berkata kalau anak itu sepertinya sedang kesakitan. Hye Mi menatap tajam, Soo Yeon langsung terdiam takut. Soo Yeon melihat kalau Hye Mi membawa makanan dan obat, ia pun permisi.


Detektif Kim protes pada atasannya kenapa atasannya mengatakan tidak bisa membuka kembali kasus investigasi itu. Atasannya bertanya apa gunanya Detektif Kim melihat sesuatu yang sudah berakhir. Detektif Kim berkata bukankah atasannya ini bilang kalau sudah mendapat pengakuan dari pelaku yang sebenarnya bukankah ia yang menempatkan tersangka itu disana. Ia tak bisa membiarkannya, kalau ia melakukan kesalahan ia ingin bertanggung jawab. Atasannya berkata apa Detektif Kim pikir ini sesuatu yang bisa diselesaikan dengan mencoba bertanggung jawab. Karena media pasti akan memberitakannya, “Apa kau ingin melihat ini dibahas disemua berita?”


Detektif Kim berkata kalau ia bisa mengerjakan kasus ini secara diam-diam dan menyelesaikannya. Bukankah setidaknya kita harus memberi tahu korban, pelaku dan keluarganya.

Atasannya bertanya bagaimana seandainya ada seseorang yang buka mulut, “Apa kau pikir aku melakukan ini hanya untuk menyelamatkan diriku sendiri? Lee Tae Soo (ayah Soo Yeon) adalah seorang kriminal. Kalau kau memiliki waktu merasa bersalah atas orang itu lebih baik gunakan waktumu untuk mengerjakan kasus lain.”

“Kapten?” Detektif Kim tak sependapat tapi atasannya meminta Detektif Kim untuk berhenti bersikap seperti itu dan membuat kantor repot. Ini jelas membuat Detektif Kim kesal.


Seperti biasa Soo Yeon berangkat sekolah, ia berangkat sendiri tak punya teman. Ia berjalan menunduk menyembunyikan wajahnya.

Detektif Kim berada di mobilnya di depan sekolah Soo Yeon. Ia melihat Soo Yeon masuk melalui pintu gerbang. Detektif Kim kesal dengan dirinya sendiri. 


Han Tae Joon benar-benar mempertahankan putranya untuk tetap berada di Korea. Ia pun memasukan putranya ke sekolah yang ada di kKrea dan tebak di sekolah mana tentu saja satu sekolah dengan Soo Yeon. Jung Woo ke sekolah sambil membawa payung kuning milik Soo Yeon, ia berkeliling tiap kelas untuk mencari Soo Yeon.


“Apa kau sedang mencari seseorang?” tanya salah satu siswi. Jung Woo membenarkan. Ia pun bertanya apa mereka kenal dengan Lee Soo Yeon.

“Siapa? Lee Soo Yeon siapa?” Tanya siswa itu.

“Orang itu. Dia yang nomor 27.” jawab siswi yang berkacamata. Temannya kaget dan ketakutan, keduanya segera pergi. Jung Woo memandang bingung.


Terdengar bel sekolah masuk berbunyi. Di depan kelas masak, para siswa tak mau masuk ke kelas. Jung Woo melintas dan melihatnya aneh. Salah satu siswi bertanya pada temannya apa si nomor 27 itu tidak akan pindah ke sekolah lain. Temannya berkata kalau si nomor 27 itu tak tahu malu.

Siapakah si nomor 27 itu, Lee Soo Yeon. Soo Yeon sendirian berada di dalam ruangan memasak. Teman sekelasnya tak ada yang mau sekelas dengannya.


Jung Woo melihat Soo Yeon dengan tatapan bingung. Ibu guru datang dan bertanya kenapa semua siswa belum masuk. Salah satu siswa mengatakan kalau ini karena si nomor 27. Beberapa murid menginginkan Soo Yeon untuk pindah ke sekolah lain. Kenapa.

“Dia menakutkan,”

“Dia memalukan,”

“Anak-anak dari sekolah lain mengejekku karena aku satu sekolah dengan anak seorang pembunuh.”

Bu guru berkata bijak kalau siswanya tak boleh seperti itu. Jung Woo jelas terkejut mendengar latar belakang keluarga Soo Yeon. Ia menatap Soo Yeon yang berdiri diam di ruangan. Guru menyuruh murid-muridnya masuk tapi mereka tak mau, “Dia memegang pisau. Bagaimana kalau dia nanti menusukku?”


Soo Yeon sadar kehadirannya hanya akan membuat proses belajar terhambat. Ia pun keluar meminta izin pada guru kalau perutnya sakit, ia ingin pergi ke klinik. Teman-temannya menyingkir tak ingin dekat-dekat dengan Soo Yeon. Bu guru membolehkannya dan menyuruh murid yang lain untuk segera masuk.


Jung Woo masih berdiri disana dengan membawa payung milik Soo Yeon. Soo Yeon akan pergi tapi ia terkejut melihat Jung Woo ada disana. Soo Yeon kembali menundukan wajah. Ia melihat payungnya ada di tangan Jung Woo yang gemetaran.

“Han Jung Woo...” sapa Soo Yeon mengegetkan Jung Woo membuat Jung Woo mundur satu langkah.


Soo Yeon maju mendekat tapi Jung Woo kembali mundur dan menyembunyikan payung yang dibawanya. Soo Yeon menatap sedih ia mengerti akhirnya Jung Woo pun tahu latar belakang keluarganya. Sama seperti teman-temannya yang lain, ternyata Jung Woo pun tak ingin dekat dengannya, ia menatap sedih. Soo Yeon kembali menunduk dan berlalu dari hadapan Jung Woo.


Di dalam kelas Jung Woo langsung berteman akrab dengan beberapa siswa. Salah satu temannya bertanya berasal dari kota di Amerika yang manakah Jung Woo. Ia juga ingin sekolah ke luar negeri karena ujian disini benar-banar sulit. Mereka mendengar kalau anak-anak di Amerika buruk dalam pelajaran matematika. Mereka bertanya apa Jung Woo benar-benar populer disana.


Jung Woo bingung menanggapi pertanyaan teman-teman barunya. Ia menatap bangku kosong yang ada di belakang. Temannya memberi tahu kalau tempat duduk itu milik si nomor 27, “Ayahnya seorang pembunuh. Ayahnya sudah membunuh dua orang. Dia membantu ayahnya bersembunyi agar bisa melarikan diri. Semua orang disekitar sini hampir mati karenanya. Kau harus berhati-hati dengannya.”

Jung Woo kesal dengan ocehan teman-teman barunya, ia berdiri menatap keluar kelas. Hujan turun dengan derasnya. Terdengar suara teman-temannya bertanya bagaimana Jung Woo bisa kenal dengan si nomor 27. Jung Woo kembali menatap kursi kosong tempat duduk Soo Yeon.


Saatnya jam pelajaran olahraga. Mereka berada di lapangan basket. Jung Woo memamerkan kebolehannya dalam bermain basket. Dengan mudah beberapa lawan ia lewati dan memasukan bola ke dalam keranjang. Teman-temannya yang jadi penonton bersorak.


Lee Soo Yeon berada disana tapi ia duduk menyendiri. Ia diam saja tak ada yang mau dekat-dekat dengannya. Sesekali Soo Yeon melihat permainan basket Jung Woo. Jung Woo mendapat pengawalan ketat dari lawan tapi dengan mudah Jung Woo lolos. Hal ini membuat sang lawan kesal dan melakukan pelanggaran terhadap Jung Woo. Dengan kemampuannya Jung Woo beberapa kali mencetak angka untuk timnya.


Usai pertandingan Jung Woo mendapat perlakukan kasar dari lawan mainnya tadi, “Apa yang kalian lakukan?” tanya Jung Woo.

Mereka bilang kalau Jung Woo hampir membunuh mereka saat bermain basket tadi. “Kupikir bahuku akan patah.” Sahut salah satu dari mereka.

Jung Woo menatap tajam ketiga siswa ini. Mereka marah dan melempar bola agar Jung Woo tetap menunduk jangan menatapnya. Jung Woo berdiri dan berkata kalau ia tak ingin berkelahi, lebih baik gunakan-kata kata saja. Tapi mereka mencibir, mereka harus bagaimana karena mereka tak tahu bahasa Inggris.


Dan buk, salah satu dari mereka memukul wajah Jung Woo. mereka memperingatkan agar jung woo menjaga sikap. Mereka pergi, tapi jung woo tak terima diperlakukan kasar begitu. Ia pun melawan, terjadilah perkelahian diantara mereka 1 lawan 3. Jung Woo yang sendirian jelas kalah. Mereka memukuli dan menginjak-injak Jung Woo hingga membuat wajah dan tubuhnya terluka.


Tiba-tiba ada beberapa bola yang datang. Tidak hanya satu atau dua bola melainkan beberapa bola. Siapa yang sengaja melakukannya, Lee Soo Yeon. Soo Yeon menarik keranjang bola sambil menundukan wajahnya. 3 siswa ini mundur ketakutan melihat kedatangan Soo Yeon.

Soo Yeon minta maaf karena ia sedang bersih-bersih katanya sambil tetap menunduk menyembunyikan wajahnya. Soo Yeon mengambil bola dan memasukannya ke keranjang.


Soo Yeon jongkok dan berkata pelan pada Jung Woo. Ia menyuruh Jung Woo tetap menunduk karena mereka akan bosan dan berhenti memukuli Jung Woo. 

Soo Yeon mengambil bola yang ada didekat ketiga siswa itu, ketiganya mundur ketika Soo Yeon mendekat ke arahnya. Soo Yeon mengambil bola dan bertanya apa mereka bertiga mau membantunya.

Mereka jelas tak mau, apa mereka sudah gila kenapa mereka harus membantu Soo Yeon. Mereka pun kembali mengingatkan Jung Woo agar menjaga sikap. Mereka bertiga akan berlalu meninggalkan Jung Woo dan Soo Yeon.

Soo Yeon menghampiri Jung Woo yang masih tergeletak terluka. Ia bertanya apa Jung Woo baik-baik saja. Jung Woo mencoba berdiri, ia mengambil bola dan melemparkannya ke arah ketiga siswa tadi. Duk, lemparan Jung Woo tepat mengenai kepala salah satu dari mereka.


Jung Woo menantang kenapa mereka bertiga berhenti memukulinya. Jung Woo membentak kalau ini baru saja dimulai. Jung Woo berlari ke arah ketiganya ia kembali melawan mereka.


Dan sekali lagi Jung Woo kalah. Ia kembali dipukuli ditendang dan diinjak. Soo Yeon menatapnya cemas. Luka-luka di tubuh dan wajah Jung Woo bertambah.


Soo Yeon takut melihatnya karena ini mengingatkan pada kejadian dimana ia dipukuli dan diinjank-injak oleh ayahnya. Soo Yeon menutup telinganya, ia menangis melihat Jung Woo dipukuli dan diinjak. Ia hanya bisa terdiam menunduk ketakutan. Trauma masa lalunya belum hilang.


Soo Yeon berdiri di depan loker. Disana ada payung miliknya yang sengaja diletakkan oleh Jung Woo. Soo Yeon membawa pulang payung miliknya.


Di depan pintu masuk sekolah Soo Yeon melihat Jung Woo berdiri menunggu hujan reda. Wajah Jung Woo penuh dengan luka. Soo Yeon berjalan menghampiri Jung Woo.


“Han Jung Woo!” sapa Soo Yeon. Jung Woo menoleh, Soo Yeon langsung menunduk dan menyodorkan payung miliknya agar bisa digunakan oleh Jung Woo. Jung Woo terkejut melihatnya, ia ragu apa ia akan menerima pinjaman payung Soo Yeon lagi atau tidak.


Soo Yeon menitikan air mata, “Aku. Aku tidak seperti itu.” Soo Yeon mencoba menjelaskan kalau ia bukanlah seorang anak yang seperti dikatakan teman-temannya. “Aku tidak akan membunuh siapapun.”


Soo Yeon meminta Jung Woo memakai payungnya saat pulang karena luka yang Jung Woo alami akan terasa lebih sakit kalau terkena hujan. Tapi Jung Woo tak mau menerima pinjaman payung ia berjalan mundur menghindari Soo Yeon. Soo Yeon menatapnya sedih. Jung Woo terus bergerak mundur hingga tubuhnya basah kuyup karena hujan.

Soo Yeon : “Han Jung Woo?”


Jung Woo membentak, “Kau, kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Kenapa kau terus bersikap seperti ini padaku? Kalau aku tak mempedulikanmu seharusnya kau mengerti dan pergi. Aku ingin mengembalikan payungmu, kita tak ada urusan lagi.”

Soo Yeon tertunduk menangis dan berkata kalau Jung Woo basah kuyup karena dirinya. Soo Yeon minta maaf dan mengatakan kalau ia tidak apa-apa. “Aku tak ingin menangis karena sedih, tapi karena angin. Angin yang membuat mataku berair.”


Jung Woo terdiam, Soo Yeon berlalu meninggalkan Jung Woo. Terngiang dalam benak Jung Woo semua ucapan Soo Yeon tadi, bahwa Soo Yeon bukan seperti yang Jung Woo pikirkan, bahwa Soo Yeon tak akan membunuh siapapun. ‘Aku tidak menangis karena sedih, tapi karena angin. Angin yang membuat mataku berair.’


Soo Yeon berjalan menuju rumahnya tanpa menggunakan payung. Padahal hujan turun sangat deras dan ia membawa payung miliknya. Terdengar dalam ingatannya suara Jung Woo memanggilnya ketika malam itu, ‘Seragam merah. Gadis populer, Lee Soo Yeon.’ Soo Yeon berada di taman bermain tempat ia bertemu dengan Jung Woo.


Tak berapa lama kemudian setelah Soo Yeon tak ada Jung Woo duduk di ayunan sendirian dibawah guyuran hujan. Terngiang dalam ingatannya Soo Yeon menuruhnya memakai payung. Jung Woo mengenjot ayunan perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat. Ia menghentakan kakinya agar ayunannya semakin kencang dan tinggi. Ia melakukannya untuk melampiaskan rasa frustasinya.

Soo Yeon berjalan perlahan menuju rumahnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena ia mendengar sesuatu, “Joon kumohon. Kalau kita tak pergi sekarang dan tertangkap semuanya akan berakhir. Apa kau tak ingin bertemu ibumu?” Terdengar suara perawat Jung Hye Mi.


Soo Yeon penasaran dan memutuskan untuk mengintip melalui jendela. Perawat Jung Hye Mi melihat Soo Yeon yang mengintip di jendela, “Siapa kau tutup jendelanya!”

Soo Yeon kaget dan segera menutup jendela. Ibunya datang dan bertanya apa yang Soo Yeon lakukan. ibu yang menggunakan plastik untuk melindungi kepalanya segera mengambil payung yang dibawa putrinya, “Kenapa kau berjalan di tengah hujan seperti anjing gila. Padahal kau membawa payung.”

Ibu membuka payung dan di payung itu ada pesan yang ditulis oleh Jung Woo. Keduanya membaca tulisan itu. ‘Ini milik gadis paling terkenal Lee Soo Yeon’

Soo Yeon tahu siapa yang menulis itu, ibu yang tak tahu apa-apa menilai kalau Soo Yeon sombong sekali kenapa Soo Yeon menulis ini di payung, kenapa tak sekalian menulis nama ayah Soo Yeon disini. Kau pasti senang karena kau begitu terkenal. Ibu bergegas ke rumah. Soo Yeon mengejar meminta ibunya mengembalikan payung itu padanya.


Jung Woo masih berada di ayunan dengan genjotan ayunan yang semakin kencang, ia kesal dengan dirinya sendiri ketika mengingat kebersamaannya dengan Soo Yeon beberapa waktu lalu. Jung Woo pun meloncat dari ayunan dan berlari kencang. Ia mencari rumah Soo Yeon.


Di tengah jalan ia bertanya pada ahjumma yang berpapasan dengnnya, apa ahjumma itu tahu dimana rumah Soo Yeon. Ahjumma itu bilang kalau ia tak tahu. Jung Woo kembali bertanya kalau ia mendengar Soo Yeon tinggal disekitar sini, tapi ahjumma itu bilang kalau ia tak tahu.

Jung Woo bertanya pada ahjumma pemilik warung, disana Detektif Kim tengah berbelanja buah.


Soo Yeon di kamarnya menulis surat untuk Jung Woo.

Walaupun aku tak akan memberikan surat ini tapi aku tetap ingin mengucapkan terima kasih. Kalau aku bukan anak seorang pembunuh mungkinkah kau dan aku bisa bersahabat? Soo Yeon mencoret kata yang ia tulis.

Ibu masuk membawakan makanan untuk Soo Yeon. Ibu menyingkirkan payung kuning, Soo Yeon langsung overprotect pada payungnya. Ibunya heran apa Soo Yeon akan membuka payung itu saat keduanya makan. Ibu minta Soo Yeon menyingkirkan payung itu. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk keras, ibu dan anak ini berpandangan.


Jung Woo sampai disekitar rumah Soo Yeon (hmm kayaknya Detektif Kim ngasih tahu Jung Woo dimana rumah Soo Yeon)

Jung Woo melihat ibu-ibu di depan rumah seseorang, salah ibu itu ternyata ibu dari korban pembunuhan yang masih tak terima keluarganya meninggal dengan cara seperti ini.


Ibu Soo Yeon berteriak, “Sampai kapan kau akan seperti ini? apa yang harus kulakukan denganmu? kenapa muncul disini setiap dua minggu?” Soo Yeon memohon ibunya agar berhenti.


Ibu : “Apa aku yang membunuh suamimu? Apa aku yang membunuh anakmu? Dia sudah menerima hukumannya, seharusnya semua sudah berakhir. Apa yang kau inginkan dariku?”

Jung Woo menatap sedih keributan ini.

Si ibu yang suami dan anaknya meninggal berkata, “Anakmu masih hidup bagaimana dengan anakku? Kembalikan anakku. Kembalikan anakku.”


Ibu mendorong Soo Yeon ke arah si ibu itu, “Bawa dia. Bawa saja dan bunuh dia, lakukan apapun yang ingin kau lakukan padanya.”

Soo Yeon menangis, ibu mendorongnya hingga terjatuh. Jung Woo ikut melihat ini. Apa lagi Soo Yeon memohon-mohon sambil menangis memeluk kaki ibunya.


Ibu mendorong kepala Soo Yeon, “Dia bilang semuanya akan berakhir kalau kau juga mati.”


Detektif Kim sampai disana. Soo Yeon memohon pada ibu itu. Ia mengaku kalau ia yang salah sambil menangis.

Ibu Soo Yeon malah memukuli Soo Yeon, “Dasar bodoh apa salahmu? Apa gunanya kita hidup seperti ini. Baiklah, kita berdua saja mati hari ini. kita mati saja.” Ibu mengguncang-guncangkan tubuh Soo Yeon, “Daripada hidup seperti ini lebih baik mati.”


Soo Yeon meronta ia tak mau mati begitu saja. Ia melepaskan diri dari cengkeraman ibunya yang menangis. Dan Soo Yeon pun melihat kalau disana ada Jung Woo yang menatapnya iba.


Soo Yeon menangis, ia langsung lari tak mau bertemu dengan Jung Woo dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini. Sepatu kanannya lepas. Ia berlari menggunakan sepatu yang hanya sebelah. Jung Woo mengejarnya, tak lupa ia membawa sepatu Soo Yeon yang sebelah.

Soo Yeon terus berlari dengan tangisan mengabaikan panggilan Jung Woo yang mengejarnya. Jung Woo mengambil jalan pintas untuk mengejar Soo Yeon tapi sia-sia, ia tak menemukan gadis ini. Soo Yeon mendengar panggilan Jung Woo memanggil namanya, tapi Soo Yeon terus berlari walau hanya dengan sepatu sebelah.


Jung Woo merasakan sakit di badannya luka-lukanya yang belum sembuh terasa nyeri karena ia terus berlari. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafas dan tiba-tiba ia mendengar sesuatu, suara dernyit ayunan.


Jung Woo pun segera berlari menuju taman bermain, ketika sampai disana Jung Woo tak melihat siapapun. Ia kecewa. Tapi ia teringat dengan satu tempat disana. Di tempat perosotan. Jung Woo mendekat ke arah perosotan.


Dugaan Jung Woo tepat, Soo Yeon duduk sembunyi di bawah perosotan. Jung Woo tersenyum karena ia berhasil menemukan Soo Yeon. Perlahan ia pun menghampiri Soo Yeon. Soo Yeon tertunduk menangis. Jung Woo melemparkan sepatu Soo Yeon.

“Aku menemukanmu!” seru Jung Woo berdiri di depan Soo Yeon. Soo Yeon terkejut menatap Jung Woo tapi dengan cepat ia menyembunyikan wajahnya.


Jung Woo : “Apa kau pikir menyembunyikan wajahmu adalah segalanya?”

Soo Yeon menarik kaki kanannya dan lihat kaki kananya ada bekas luka yang sangat panjang. Soo Yeon menyembunyikan kakinya.

Jung Woo : “Apa kau pikir menyembunyikan kakimu adalah segalanya?”

Soo Yeon tetap menunduk kali ini ia menarik tangannya.

Jung Woo : “Gaun bunga.”

Soo Yeon mencengkeram bajunya yang bermotif bunga.


“Gadis populer...” panggil Jung Woo.

“Lee Soo Yeon...” panggil Jung Woo lagi. “Lee Soo Yeon.”

Soo Yeon mengangkat wajahnya memandang Jung Woo.

Jung Woo : “Anak seorang pembunuh Lee Soo Yeon, ayo kita berteman.”


To Be Continued~
ReadMore »»